BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pada
kebanyakan penguat, sumber isyarat dihubungkan dengan masukan melalui suatu
kapasitor penggandeng, agar arus panjar pada basis tidak masuk ke dalam sumber
isyarat. Jika hal ini terjadi, maka tegangan panjar transistor akan terganggu.
Hal serupa juga dilakukan pada keluaran, yaitu untuk menghubungkan penguat
dengan suatu beban. Gandengan yang menggunakan kapasitor disebut gandengan RC.
Dalam
praktikum ini akan diamati isyarat penguatan tegangan dari rangkaian penguat
gandengan RC yang menggunakan dua penguat, yaitu penguat A dan penguat B. Kedua
penguat tersebut merupakan penguat emitor ditanahkan (common emitter). Selain
itu, terdapat tanggapan amplitudo penguat, yaitu grafik yang melukiskan hubungan
antara penguatan tegangan (dalam dB) berubah dengan frekuensi (dalam skala
log).
I.2 Ruang Lingkup
Ruang
lingkup pada praktikum ini meliputi pengukuran resistansi pada resistor
berdasarkan warna cincin yang tertera pada resistor tersebut, membuat rangkaian
penguat gandengan RC dengan menggunakan dua transistor emitor ditanahkan, dan
mengamati serta mengukur input dan output rangkaian penguat.
I.3 Tujuan
Setelah
melakukan praktikum ini, diharapkan telah memiliki kemampuan berikut:
-
Menentukan
titik-titik pengukuran pada rangkaian penguat.
-
Mengukur
hilangnya tegangan pada penggandengan dua penguat.
-
Mengukur
tanggapan amplitudo penguat.
-
Memahami
kegunaan kapasitor copling, kapasitor miller, dan kapasitor pintas serta
pengaruhnya terhadap lebar jalur frekuensi kerja.
I.4
Waktu & Tempat Praktikum
Praktikum Penguat Gandengan RC ini
dilakukan pada hari Jumat, 27 April 2012 pukul 09.00-11.30 WITA, bertempat di
Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Pendahuluan
Pada kebanyakan penguat, sumber
isyarat dihubungkan dengan masukan melalui suatu kapasitor penggandeng agar
arus panjar pada basis tidak masuk ke dalam sumber isyarat. Jika hal ini
terjadi, maka tegangan panjar transistor akan terganggu. Hal serupa juga
dilakukan pada keluaran, yaitu untuk menghubungkan penguat dengan suatu beban.
Gandengan yang menggunakan kapasitor disebut gandengan RC.
Salah satu contoh dengan gandengan
RC adalah penguat emitor di tanahkan, seperti yang terlihat pada gambar dibawah
ini:
Gambar 1.1 Penguat Gandengan RC
Pada umumnya tanggapan amplitudo
adalah seperti pada gambar 1.2 yang menunjukkan bahwa tanggapan amplitudo dapat
didekati dengan suatu bagan Bode seperti pada tanggapan amplitudo tapis RC.
Gambar 1.2 Tanggapan amplitudo suatu penguat
Tampak penguat berlaku sebagai suatu
tapis lolos pita. Frekuensi
disebut frekuensi potong bawah dan
disebut frekuensi potong atas. Daerah
frekuensi di sekitar
dan di bawahnya disebut daerah frekuensi
rendah, sedang antara
dan
tanggapan amplitudo tak berubah dengan
frekuensi. Daerah frekuensi ini disebut daerah frekuensi tengah. Daerah
frekuensi sekitar dan diatas
disebut daerah frekuensi tinggi.
Pada daerah frekuensi rendah penguat
berlaku sebagai tapis lolos tinggi dengan
adalah kutub daripada fungsi alih
.
Di belakang akan ditunjukkan bahwa kapasitansi yang seri dengan arus isyarat
(misalnya
),
yaitu yang ditembus oleh seluruh arus isyarat akan berpengaruh pada frekuensi
rendah. Akibatnya
akan ditentukan oleh kapasitor penggandeng
dan kapasitor pintas
.
Pada daerah frekuensi tinggi, yaitu
di sekitar
dan di atasnya, penguat berlaku sebagai suatu
tapis lolos rendah. Kapasitansi yang berpengaruh adalah kapasitansi yang
paralel, dengan arus isyarat, misalnya
dan
.
(gambar 1.1).
Pada frekuensi tinggi, reaksitansi untuk kapasitansi ini mempunyai nilai yang cukup rendah sehingga harus diperhitungkan peranananya dalam mengurangi arus isyarat yang masuk ke dalam basis yang akan diperkuat menjadi arus kolektor. Pada daerah frekuensi tinggi kapasitansi seri boleh dianggap terhubung singkat.
Pada frekuensi tinggi, reaksitansi untuk kapasitansi ini mempunyai nilai yang cukup rendah sehingga harus diperhitungkan peranananya dalam mengurangi arus isyarat yang masuk ke dalam basis yang akan diperkuat menjadi arus kolektor. Pada daerah frekuensi tinggi kapasitansi seri boleh dianggap terhubung singkat.
Pada daerah frekuensi tengah
kapasitansi seri seperti
mempunyai
reaktansi
cukup kecil sehingga dapat dianggap terhubung
singkat sedang kapasitansi-kapasitansi parallel seperti
dan
mempunyai
nilai amat kecil, menghasilkan reaktansi amat tinggi sehingga dapat dianggap
terbuka atau tidak terpasang. Akibatnya pada daerah frekuensi tengah tidak ada
komponen reaktif, sehingga tanggapan amplitudo menjadi tidak tidak tergantung
pada frekuensi (datar).
Kapasitor Decoupling
Kapasitor Decoupling
Pada tahap awal biasanya diperlukan
arus bias kecil, ini dimasukkan agar
berharga besar sekaligus diperoleh noise yang
kecil. Hal ini dilakukan dengan cara memasang
.
Titik
harus diusahakan berada pada ground AC, yaitu
dengan memasang kapasistor decoupling CD2, kapasitor elektrolit yang
berharga cukup besar. Disamping itu, kapasitor ini berfungsi untuk mencegah
terjadinya osilasi pada frekuensi rendah. Sedang untuk mencegah osilasi yang
terjadi pada frekuensi tinggi dipasang kapasitor keramik CD1.
II.2
Daerah Frekuensi Rendah Untuk Penguat Satu Tahap
Tanggapan amplitudo pada daerah
frekuensi rendah dipengaruhi oleh kapasitansi yang seri dengan arus isyarat,
yaitu kapasitor penggandeng
dan
serta kapasitor pintas emitor
.
Pengaruh kapasitor penggandeng
dan
berkaiatan dengan pengaruh kapasitor pintas
emitor
.
Pengaruh Kapasitor Penggandeng
Kita anggap
mempunyai nilai sangat besar, sehingga nilai
reaktansi
amat kecil, atau
dapat dianggap terhubung singkat.
(a) (b)
Gambar 2.1 (a) Penguat gandengan RC. (b) Rangkaian setara
parameter-h untuk penguat pada gambar a.
Marilah
kita tentukan fungsi alih
Dari
gambar 2.1 (b) dapat dihitung
jika
diketahui:
Dengan
Selanjutnya:
Untuk
membahas tegangan keluaran
rangkaian
setara Norton dapat diubah menjadi bentuk Thevenin seperti pada gambar 2.2 (b).
(a) (b)
Gambar 2.2 (a) Rangkaian keluaran untuk penguat dalam bentuk
rangkaian setara Norton. (b) rangkaian a dilukiskan kembali sebagai rangkaian
setara Thevenin.
Dari
gambar 2.2 (b) dapat dihitung:
(1)
Dengan
(2)
Persamaan (1) dan (2) memberikan:
Persamaan (1) dan (2) memberikan:
(3)
adalah penguatan pada frekuensi tengah.
adalah penguatan pada frekuensi tengah.
Akhirnya
fungsi alih
dapat diperoleh
dari persamaan (3).
dengan
kutub pada
dan
, dan nol orde dua pada
= 0. Bagan Bode dan tanggapan amplitudo untuk
penguat dengan rangkaian setara pada gambar 2.1 (b) dilukiskan pada gambar 2.3 (dimisalkan
>
).
Gambar 2.3 Bagan Bode dan tanggapan frekuensi untuk penguat
dengan rangkaian setara pada gambar 2.1 (b).
Tampak
kapasitor penggandeng
dan C2 membentuk frekuensi patah
dan
.
Pengaruh Kapasitor Pintas Emitor
Bahwa frekuensi patah oleh kutub
pada fungsi alih oleh kapasitor penggandeng adalah jauh di bawah frekuensi
patah oleh kapasitor pintas emitor
.
Untuk keadaan ini rangkaian setara penguat pada gambar 2.1 (a) dilukiskan
seperti pada gambar 2.4.
Gambar 2.4 Rangkaian setara penguat pada gambar 2.1 (a)
Jika arus yang mengalir melalui
kita abaikan terhadap arus yang mengalir
melalui
dan
,
maka
dan
akan dialiri arus sebesar:
Sehingga:
Dari
hubungan kedua persamaan tersebut, diperoleh:
II.3
Daerah Frekuensi Tinggi Untuk Penguat Satu Tahap
Kapasitansi sambungan p-n
Pada frekuensi tinggi, reaktansi
kapasitansi sambungan antara basis dan kolektor serta antara basis dan emitor
mempunyai nilai yang tak terlalu tinggi, sehingga menyimpangkan arus isyarat
dari basis. Ini mengakibatkan tegangan isyarat keluaran menjadi berkurang untuk
frekuensi yang makin tinggi.
Kapasitansi sambungan p-n antara basis dan kolektor, yang disebut , terjadi oleh karena adanya lapisan pengosongan pada sambungan p-n itu. Oleh karena itu, sambungan p-n berada pada tegangan mundur, maka daerah pengosongannya lebar, sehingga kapasitansinya kecil.
Kapasitansi sambungan p-n antara basis dan kolektor, yang disebut , terjadi oleh karena adanya lapisan pengosongan pada sambungan p-n itu. Oleh karena itu, sambungan p-n berada pada tegangan mundur, maka daerah pengosongannya lebar, sehingga kapasitansinya kecil.
Adanya muatan simpanan ini
berpengaruh besar pada penggunaan transistor sebagai saklar, yaitu mempengaruhi
berapa cepat tegangan keluaran dapat berubah. Ini berarti adanya muatan
simpangan ini juga membatasi operasi rangkaian logika yang menggunakan
transistor dwikutub yaitu TTL atau transistor- transistor logic.
Rangkaian setara hibrida –Ï€
Untuk frekuensi tinggi rangkaian
setara parameter –h tidak digunakan hal ini disebabkan dalam rangkaian
parameter –h kita tidak dapat memasang kapasitansi
dan
,
oleh karena kapasitansi ini menghubungkan kolektor dan emitor dengan bagian
tengah basis.
Rangkaian setara T untuk transistor
pada penguat basis ditanahkan adalah seperti gambar 3.1.
(a) (b)
Gambar 3.1 Rangkaian setara untuk penguat basis ditanahkan,
(a) untuk daerah frekuensi tengah; (b) untuk daerah frekuensi tinggi.
Untuk penguat emitor ditanahkan
masukan dihubungkan dengan
,
dan sumber arus harus dinyatakan terhadap arus masukkan yaitu
,
ini dilukiskan pada gambar 3.2.
(a) (b)
Gambar
3.2 Rangkaian setara untuk transistor dalam penguat emitor ditanahkan
Frekuensi potong –β dan
Untuk dapat menentukan frekuensi
potong atas pada tanggapan amplitudo penguat, kita perlu tahu
dan
.
Kapasitansi
biasanya ada disebutkan pada lembaran data
transistor. Namun tidak demikian halnya dengan kapasitansi
.
Lembaran data transistor biasanya menyebutkan suatu frekuensi yang disebut
,
yaitu frekuensi untuk mana β=1. Oleh karena pengaruh
dan
penguat arus β akan berubah dengan frekuensi
seperti gambar 3.3.
Gambar 3.3 Tanggapan frekuensi β
Frekuensi patah
disebut
frekuensi potong β, dan
adalah nilai frekuensi dimana β = 0 dB atau β =
1;
disebut frekuensi transisi. Hubungan antara
dan
dapat diperoleh dengan pemikiran sebagai
berikut.
Untuk mendapatkan bagaimana β
berubah dengan frekuensi, keluaran pada rangkaian setara hibrida –Ï€ kita
hubungkan singkat. Ini ditunjukkan pada gambar 3.4.
Gambar 3.4 Keluran (a) rangkaian hibrida –Ï€ dihubungkan
singkat; (b) gambar (a) dilukiskan sedikit berbeda.
Dari
gambar 3.4 (b) diperoleh
=
Akan tetapi
dengan
untuk frekuensi rendah. Akibatnya dapat
dirumuskan sebagai berikut :
kemudian diperoleh:
Tanggapan amplitudo keseluruhan penguat Common-Emitter
Untuk seluruh daerah cukup kita
perhatikan adanya satu frekuensi potong bawah
dan
satu frekuensi potong atas
.
Frekuensi potong bawah
disebabkan
oleh kapasitor pintas emitor, dan
frekuensi potong atas
disebabkan oleh kapasitansi antara basis
emitor
serta kapasitansi basis-kolektor
.
Bagan bode untuk penguatan dan fasa, beserta tanggapan amplitudonya dilukiskan
pada gambar berikut.
(a)
(b)
Gambar 3.5 Tanggapan amplitudo dan fasa
Gambar 3.5 Tanggapan amplitudo dan fasa
II.4
Tanggapan Amplitudo Penguat JFET Satu
Tahap
Rangkaian penguat JEFT biasanya
dapat digambarkan seperti gambar berikut.
Gambar 4.1 Rangkaian penguat JEFT
Kapasitor
,
dan
terhubung seri dengan arus isyarat. Ketiga
kapasitor ini berpengaruh pada daerah frekuensi rendah. Seperti halnya
transistor dwikutub, pada transistor FET juga ada kapasitor yang parallel
dengan isyarat , yaitu kapasitansi antara pintu dan penguras (
)
serta antara pintu dan sumber (
).
Keduanya akan berpengaruh pada daerah frekuensi tinggi.
Daerah frekuensi tengah
Untuk daerah frekuensi tinggi
reaktansi
kapasitansi
seri mempunyai nilai amat kecil dibandingkan dengan hambatan yang berhubungan
dengan kapasitansi ini, sehingga dapat dianggap terhubung singkat. Sebaliknya
terjadi dengan kapasitansi parallel seperti
dan
.
Pada frekuensi tengah, reaktansi Xc = 1/ωC masih mempunyai reaktansi terlalu
besar, oleh karena
dan
mempunyai nilai dalam orde pF.
Daerah frekuensi rendah
Untuk daerah frekuensi rendah ada
tiga buah kapasitor yang berpengaruh, yaitu kapasitor gandengan
dan
dan kapasitor pintas sunber
.
Kapasitor penggandeng
berhadapan dengan yang amat tinggi (
)
dan kapasitor penggadeng
berhadapan dengan hambatan yang cukup tinggi
yaitu:
Akibat kedua kapasitor ini dapat
dibuat memberikan frekuensi patah tanggapan amplitudo pada nilai frekuensi amat
rendah. Seperti halnya pada penguat transistor dwikutub, kapasitor
harus mempunyai nilai besar agar frekuensi
patah pada tanggapan amplitudo yang disebabkan oleh
menjadi cukup rendah.
II.5
Rangkaian Penguat Dua Tahap Dengan Gandengan Rc
Suatu penguat transistor dwikutub
dua tahap dengan gandengan RC dilukiskan pada gambar berikut.
Gambar 5.1 Penguat transistor dwikutub dua tahap
Daerah frekuensi tengah
Pada frekuensi tengah kapasitansi
yang seri dengan arus isyarat, yatu
dapat
dianggap terhubung singkat dan kapasitansi yang parallel dengan arus isyarat
seperti misalnya kapsistansi antara basis kolektor
,
dan kapasitansi antara basis emitor
dapat
dianggap terbuka. Akibatnya, rangkaian setara daerah frekuensi tengah nampak
seperti gambar dibawah ini.
Gambar 5.2 Rangkaian setara penguat transistor dua tahap
gandengan RC untuk daerah frekuensi tengah
Tanggapan amplitudo penguat dua
tahap gandengan RC (daerah frekuensi tinggi)
Gambar 5.3 Rangkaian penguat dua tahap gandengan RC
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
III.1
Alat dan Bahan
III.1.1
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum
ini adalah sebagai berikut.
-
Papan
Rangkaian
Papan rangkaian berfungsi sebagai
tempat untuk membuat rangkaian.
-
Catu
Daya
Catu
daya berfungsi sebagai sumber tegangan AC dan DC.
-
Osiloskop
Osiloskop berfungsi untuk mengukur
dan menampilkan tegangan sinusoidal, dan berbagai bentuk gelombang yang
ditemukan dalam rangkaian yang dibuat.
-
Signal
Generator
Signal
generator berfungsi
sebagai piranti pembangkit isyarat.
-
Multimeter
Multimeter
berfungsi sebagai alat ukur resistansi, kuat arus, dan
tegangan.
-
Kabel
Jumper
Kabel jumper berfungsi sebagai
penghubung dalam suatu rangkaian.
III.1.2
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum
ini adalah sebagai berikut.
-
Transistor
Transistor adalah komponen
elektronika aktif yang berfungsi sebagai penguat tegangan dan penguat arus.
-
Resistor
Resistor adalah komponen elektronika
pasif yang berfungsi untuk menghambat aliran arus listrik.
-
Kapasitor
Kapasitor adalah komponen
elektronika pasif yang berfungsi untuk menyimpan muatan listrik dalam bentuk
medan listrik.
III.2 Prosedur Praktikum
Adapun
prosedur pada praktikum penguat gandeng RC ini yaitu:
1. Menyiapkan seluruh peralatan dan
komponen yang digunakan.
2. Membuat rangkaian pengauat A,
seperti pada gambar di bawah ini.
3. Membuat rangkaian penguat B, seperti
pada gambar berikut.
4. Mengamati dan mengukur tegangan
masukan dan tegangan keluaran penguat A.
5. Mengamati dan mengukur tegangan
masukan dan tegangan keluaran penguat B.
6. Menyambungkan penguat A dan penguat
B menjadi penguat AB dengan menggunakan kabel jumper seperti gambar di bawah
ini.
7. Mengamati dan mengukur tegangan
masukan dan tegangan keluaran penguat AB.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1
Hasil
IV.1.1
Tabel Pengamatan
-
Resistor
NO.
|
Nama Resistor
|
Resistansi
|
1.
|
RB11
|
|
2.
|
RB12
|
|
3.
|
RB21
|
|
4.
|
RB22
|
|
5.
|
RC1
|
|
6.
|
RC2
|
|
7.
|
RD
|
|
8.
|
RE11
|
|
9.
|
RE12
|
|
10.
|
RE21
|
|
11.
|
RE22
|
|
-
Kapasitor
No.
|
Nama Kapasitor
|
Kapasitansi
|
1.
|
C1
|
|
2.
|
C2
|
|
3.
|
C3
|
|
4.
|
C4
|
|
5.
|
CD1
|
|
6.
|
CD2
|
|
7.
|
CE1
|
|
8.
|
CE2
|
|
-
dan
penguat
Penguat A
|
Penguat B
|
Penguat AB
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
IV.1.2 Pengolahan
data
Penguatan
penguat (
a.
Penguat
A
b.
Penguat
B
c.
Penguat
AB
IV.1.3
Gambar isyarat keluaran penguat
Penguat A
(gambar
tidak sempat dipotret)
Penguat B
(gambar
tidak sempat dipotret)
Penguat AB
IV.2
Pembahasan
Pada praktikum “Penguat Gandengan
RC” ini menggunakan dua buah transistor emitor ditanahkan yang digandengkan.
Kedua transistor tersebut memiliki tipe yang sama.
Adapun untuk resistor yang digunakan
memiliki nilai resistansi yang yang berbeda-beda dari yang paling kecil, yaitu
RE11, RE12, dan RE21 (
,
hingga yang paling besar RE22 (
).
Perbedaan pada nilai resistansi yang dipakai pada rangkaian menyatakan bahwa
resistor tersebut memiliki fungsi masing-masing dalam rangkaian yang dibuat
penguat gandengan RC.
Komponen kapasitor yang digunakan
memiliki nilai kapasitansi mulai dari
sampai . Kapasitor decoupling CD1 (kapasitor keramik) berfungsi untuk mencegah osilasi yang terjadi pada frekuensi tinggi, sedangkan kapasitor decoupling CD2 (kapasitor elektrolit) berfungsi untuk mencegah osilasi yang terjadi pada frekuensi rendah .
sampai . Kapasitor decoupling CD1 (kapasitor keramik) berfungsi untuk mencegah osilasi yang terjadi pada frekuensi tinggi, sedangkan kapasitor decoupling CD2 (kapasitor elektrolit) berfungsi untuk mencegah osilasi yang terjadi pada frekuensi rendah .
Jika dilihat berdasarkan isyarat
keluaran penguat, baik penguat A, penguat B, maupun penguat AB sama-sama
mempunyai output yang lebih besar dari pada inputnya, yaitu masing-masing
dan
sehingga penguatan yang diperoleh cukup kecil
yaitu penguat A (
,
penguat B (
,
dan penguat AB (
),
dimana seharusnya penguatannya lebih besar dari hasil yang diperoleh tersebut.
Adanya hasil seperti ini, kemungkinan disebabkan oleh pengaruh besar kecilnya
harga/nilai komponen yang digunakan. Selain itu, bisa saja disebabkan oleh
pengaruh baik tidaknya peralatan yang digunakan ataupun oleh karena pengaruh
rangkaian yang dibuat oleh praktikan.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum ini
dapat disimpulkan bahwa:
-
Praktikan
mampu menentukan titik-titik pengukuran pada rangkaian penguat.
-
Praktikan
mampu mengukur hilangnya tegangan pada penggandengan dua penguat.
-
Praktikan
mampu mengukur tanggapan amplitudo penguat.
-
Praktikan
mampu memahami kegunaan kapasitor kopling, kapasitor miller, dan kapasitor
pintas serta pengaruhnya terhadap lebar jalur frekuensi kerja.
V.2
Saran
V.2.1
Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi
Kritik dan saran untuk laboratorium elektronika dan
instrumentasi yaitu:
-
Alat
dan bahan praktikum sudah cukup banyak, akan tetapi sebaiknya perlu ditambah
lagi.
-
Alat
yang tidak dapat berfungsi dengan baik sebaiknya diperbaiki atau diganti.
V.2.2.
Asisten
Kritik dan saran untuk asisten yaitu :
-
Sikap
asisten sudah cukup baik dalam membimbing praktikan selama praktikum
berlangsung, akan tetapi perlu ditingkatkan lagi.
-
Sebaiknya
untuk kelas fisika medik, asisten-asistennya lebih diperjelas lagi siapa
orangnya, agar di dalam praktikum, praktikan dapat didampingi ataupun dibimbing
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Hendragalus.
2011. Gandengan RC. http://hendragalus.com/gandengan-rc/.
Diakses pada tanggal 25 April 2012, pukul 15.30 WITA. Makassar.
Lilikvengeance.
2009. Elektronika. http://lilikvengeance.wordpress.com/2009/07/
19/30/elektronika. Diakses pada tanggal 25 April 2012,
pukul 15.30 WITA. Makassar.
Wahyunggoro,
Oyas. 1998. Pengukuran Besaran Listrik.
Yogyakarta: Diktat bahan kuliah Jurusan Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada.
Yohannes,
H.C. 1979. Dasar-dasar Elektronika. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
LAPORAN
ELEKTRONIKA
FISIS DASAR 2
PRAKTIKUM
PENGUAT GANDENGAN RC
NAMA :
HARIATI
NIM : H211 10 255
KELOMPOK : V (LIMA)
TGL. PRAKTIKUM : 27 APRIL 2012
ASISTEN : YULIANTI
LABORATORIUM
ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar