Selasa, 15 Mei 2012

LAPORAN PENGUAT DAYA AUDIO


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Penguat daya audio adalah penguat dengan isyarat tegangan yang kecil yang diperkuat dan dibuat agar mampu memberikan arus isyarat yang besar, untuk menggetarkan pengeras suara, menggerakkan motor listrik atau beban lain yang memerlukannya. Jadi pada penguat daya audio, tegangan besar dan arus isyarat juga besar.
Penguat audio (amplifier) secara harfiah diartikan dengan memperbesar dan menguatkan sinyal input. Tetapi yang sebenarnya terjadi adalah, sinyal input direplika (copied)  dan kemudian direka kembali (re-produced) menjadi sinyal yang lebih besar dan lebih kuat. Dari sinilah muncul istilah fidelitas (fidelity) yang berarti seberapa mirip bentuk sinyal keluaran hasil replika terhadap sinyal masukan. Ada kalanya sinyal input dalam prosesnya kemudian terdistorsi karena berbagai sebab, sehingga bentuk sinyal keluarannya menjadi cacat. Sistem penguat dikatakan memiliki fidelitas yang tinggi (high fidelity), jika sistem tersebut mampu menghasilkan sinyal keluaran yang bentuknya persis sama dengan sinyal input. Hanya level tegangan atau amplitudo saja yang telah diperbesar dan dikuatkan.

I.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada praktikum penguat daya audio ini meliputi pengukuran resistansi pada resistor berdasarkan warna cincin yang tertera pada resistor, mencatat nilai kapasitansi dan tipe transistor yang digunakan, membuat rangkaian penguat daya audio, mengamati bentuk isyarat masukan dan isyarat keluaran penguat, serta mengukur tegangan masukan dan tegangan keluaran bila kapasitor Bootstrap dipasang dan dilepas dari rangkaian penguat.


I.3 Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan telah memiliki kemampuan-kemampuan berikut:
-          Menguji suatu penguat daya audio yaitu mengamati bentuk isyarat keluaran dan mengukur hambatan masukan.
-          Menunjukkan pengaruh kapasitor Bootstrap terhadap penguatan (gain) tegangan dan bentuk isyarat keluaran.
-          Mengenal komponen-komponen yang digunakan pada suatu penguat daya audio.

I.4 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum penguat daya audio ini dilakukan pada hari Jumat, 11 Mei 2012, pukul 09.00-11.00 WITA, di Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.





 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Fidelitas dan Efisiensi
Penguat audio (amplifier) secara harfiah diartikan dengan memperbesar dan menguatkan sinyal input. Tetapi yang sebenarnya terjadi adalah, sinyal input direplika (copied)  dan kemudian direka kembali (re-produced) menjadi sinyal yang lebih besar dan lebih kuat. Dari sinilah muncul istilah fidelitas (fidelity) yang berarti seberapa mirip bentuk sinyal keluaran hasil replika terhadap sinyal masukan. Ada kalanya sinyal input dalam prosesnya kemudian terdistorsi karena berbagai sebab, sehingga bentuk sinyal keluarannya menjadi cacat. Sistem penguat dikatakan memiliki fidelitas yang tinggi (high fidelity), jika sistem tersebut mampu menghasilkan sinyal keluaran yang bentuknya persis sama dengan sinyal input. Hanya level tegangan atau amplituda saja yang telah diperbesar dan dikuatkan. Di sisi lain, efisiensi juga mesti diperhatikan. Efisiensi yang dimaksud adalah efisiensi dari penguat itu yang dinyatakan dengan besaran persentasi dari power output dibandingkan dengan power input. Sistem penguat dikatakan memiliki tingkat efisiensi tinggi (100 %) jika tidak ada rugi-rugi pada proses penguatannya yang terbuang menjadi panas.
B.     Macam-Macam Penguat Audio
-          Penguat Audio Kelas A
Contoh dari penguat class A adalah adalah rangkaian dasar common emiter (CE) transistor. Penguat tipe kelas A dibuat dengan mengatur arus bias yang sesuai di titik tertentu yang ada pada garis bebannya. Sedemikian rupa sehingga titik Q ini berada tepat di tengah garis beban kurva VCE-IC dari rangkaian penguat tersebut dan sebut saja titik ini titik A. Gambar berikut adalah contoh rangkaian common emitor dengan transistor NPN Q1.
amp_a
Gambar 1 : Rangkaian Dasar Kelas A
Garis beban pada penguat ini ditentukan oleh resistor Rc dan Re dari rumus VCC = VCE + IcRc + IeRe. Jika Ie = Ic maka dapat disederhanakan menjadi VCC = VCE + Ic (Rc+Re). Selanjutnya pembaca dapat menggambar garis beban rangkaian ini dari rumus tersebut. Sedangkan resistor Ra dan Rb dipasang untuk menentukan arus bias. Pembaca dapat menentukan sendiri besar resistor-resistor pada rangkaian tersebut dengan pertama menetapkan berapa besar arus Ib yang memotong titik Q.
gb_a
Gambar 2 : Garis Beban dan Titik Q Kelas A
Besar arus Ib biasanya tercantum pada datasheet transistor yang digunakan.
Besar penguatan sinyal AC dapat dihitung dengan teori analisa rangkaian sinyal AC. Analisa rangkaian AC adalah dengan menghubung singkat setiap komponen kapasitor C dan secara imajiner menyambungkan VCC ke ground. Dengan  cara  ini rangkaian gambar-1dapat dirangkai menjadi seperti gambar-3. Resistor Ra dan Rc dihubungkan ke ground dan semua kapasitor dihubung singkat.
amp_ac_a
Gambar 3 : Rangkaian Imajimer Analisa AC Kelas A
Dengan adanya kapasitor Ce, nilai Re pada analisa sinyal AC menjadi tidak berarti. Pembaca dapat mencari lebih lanjut literatur yang membahas penguatan transistor untuk mengetahui bagaimana perhitungan nilai penguatan transistor secara detail.  Penguatan didefenisikan dengan Vout/Vin = rc / re`, dimana rc adalah resistansi Rc paralel dengan beban RL (pada penguat akhir, RL adalah speaker 8 Ohm) dan re` adalah resistansi penguatan transitor. Nilai re` dapat dihitung dari rumus re` = hfe/hie yang datanya juga ada di datasheet transistor.  Gambar-4 menunjukkan ilustrasi penguatan sinyal input serta proyeksinya menjadi sinyal output terhadap garis kurva x-y rumus penguatan vout = (rc/re) Vin.
project_a
Gambar 4 : Kurva Penguatan Kelas A
Ciri khas dari penguat kelas A, seluruh sinyal keluarannya bekerja pada daerah aktif. Penguat tipe class A disebut sebagai penguat yang memiliki tingkat fidelitas yang tinggi. Asalkan sinyal masih bekerja di daerah aktif, bentuk sinyal keluarannya akan sama persis dengan sinyal input. Namun penguat kelas A ini memiliki efisiensi yang rendah kira-kira hanya 25% – 50%. Ini tidak lain karena titik Q yang ada pada titik A, sehingga walaupun tidak ada sinyal input (atau ketika sinyal input = 0 Vac) transistor tetap bekerja pada daerah aktif dengan arus bias konstan. Transistor selalu aktif (ON) sehingga sebagian besar dari sumber catu daya terbuang menjadi panas. Karena ini juga transistor penguat kelas A perlu ditambah dengan pendingin ekstra seperti heatsink yang lebih besar.
-          Penguat Audio Kelas B
Panas yang berlebih menjadi masalah tersendiri pada penguat kelas A. Maka dibuatlah penguat kelas B dengan titik Q yang digeser ke titik B (pada gambar-5).
Panas yang berlebih menjadi masalah tersendiri pada penguat kelas A. Maka dibuatlah penguat kelas B dengan titik Q yang digeser ke titik B (pada gambar-5). Titik B adalah satu titik pada garis beban dimana titik ini berpotongan dengan garis arus Ib = 0. Karena letak titik yang demikian, maka transistor hanya bekerja aktif pada satu bagian phase gelombang saja. Oleh sebab itu penguat kelas B selalu dibuat dengan 2 buah transistor Q1 (NPN) dan Q2 (PNP).
Qpoints

Gambar 5 : Titik Q Penguat A, AB dan B
Karena kedua transistor ini bekerja bergantian, maka penguat kelas B sering dinamakan sebagai penguat Push-Pull. Rangkaian dasar PA kelas B adalah seperti pada gambar-6. Jika sinyalnya berupa gelombang sinus, maka transistor Q1 aktif pada 50 % siklus pertama (phase positif 0o-180o) dan selanjutnya giliran transistor Q2 aktif pada siklus 50 % berikutnya (phase negatif 180o – 360o). Penguat kelas B lebih efisien dibanding dengan kelas A, sebab jika tidak ada sinyal input ( vin = 0 volt) maka arus bias Ib juga = 0 dan praktis membuat kedua trasistor dalam keadaan OFF.
amp_b
Gambar 6 : Rangkaian Dasar Penguat Kelas B
Efisiensi penguat kelas B kira-kira sebesar 75%. Namun bukan berarti masalah sudah selesai, sebab transistor memiliki ke-tidak ideal-an. Pada kenyataanya ada tegangan jepit Vbe kira-kira sebesar 0.7 volt yang menyebabkan transistor masih dalam keadaan OFF walaupun arus Ib telah lebih besar beberapa mA dari 0. Ini yang menyebabkan masalah cross-over pada saat transisi dari transistor Q1 menjadi transistor Q2 yang bergantian menjadi aktif. Gambar-7 menunjukkan masalah cross-over ini yang penyebabnya adalah adanya dead zone transistor Q1 dan Q2 pada saat transisi. Pada penguat akhir, salah satu cara mengatasi masalah cross-over adalah dengan menambah filter cross-over (filter pasif L dan C) pada masukan speaker.
project_b
Gambar 7 : Kurva Penguatan Kelas B
-          Penguat Audio Kelas AB
Cara lain untuk mengatasi cross-over adalah dengan menggeser sedikit titik Q pada garis beban dari titik B ke titik AB (gambar-5). Ini tujuannya tidak lain adalah agar pada saat transisi sinyal dari phase positif ke phase negatif dan sebaliknya, terjadi overlap diantara transistor Q1 dan Q2. Pada saat itu, transistor Q1 masih aktif sementara transistor Q2 mulai aktif dan demikian juga pada phase sebaliknya. Penguat kelas AB merupakan kompromi antara efesiensi (sekitar 50% – 75%) dengan mempertahankan fidelitas sinyal keluaran.
overlap_ab
Gambar 8 : Overlaping Sinyal Keluaran Penguat Kelas AB
Ada beberapa teknik yang sering dipakai untuk menggeser titik Q sedikit di atas daerah cut-off.  Salah satu contohnya adalah seperti gambar-9 berikut ini. Resistor R2 di sini berfungsi untuk memberi tegangan jepit antara base transistor Q1 dan Q2. Pembaca dapat menentukan berapa nilai R2 ini untuk memberikan arus bias tertentu bagi kedua transistor. Tegangan jepit pada R2 dihitung dari pembagi tegangan R1, R2 dan R3 dengan rumus VR2 = (2VCC) R2/(R1+R2+R3). Lalu tentukan arus base dan lihat relasinya dengan arus Ic dan Ie sehingga dapat dihitung relasiny dengan tegangan jepit R2 dari rumus VR2 = 2×0.7 + Ie(Re1 + Re2). Penguat kelas AB ternyata punya masalah dengan teknik ini, sebab akan terjadi peng-gemukan sinyal pada kedua transistornya aktif ketika saat transisi. Masalah ini disebut dengan gumming.
amp_ab
Gambar 9 : Rangkaian Dasar Penguat Kelas AB
Untuk menghindari masalah gumming ini, ternyata sang insinyur (yang mungkin saja bukan seorang insinyur) tidak kehilangan akal. Maka dibuatlah teknik yang hanya mengaktifkan salah satu transistor saja pada saat transisi. Caranya adalah dengan membuat salah satu transistornya bekerja pada kelas AB dan satu lainnya bekerja pada kelas B. Teknik ini bisa dengan memberi bias konstan pada salah satu transistornya yang bekerja pada kelas AB (biasanya selalu yang PNP). Caranya dengan menganjal base transistor tersebut menggunakan deretan dioda atau susunan satu transistor aktif. Maka kadang penguat seperti ini disebut juga dengan penguat kelas AB plus B atau bisa saja diklaim sebagai kelas AB saja atau kelas B karena dasarnya adalah PA kelas B. Penyebutan ini tergantung dari bagaimana produk amplifier anda mau diiklankan. Karena penguat kelas AB terlanjur memiliki konotasi lebih baik dari kelas A dan B. Namun yang penting adalah dengan teknik-teknik ini tujuan untuk mendapatkan efisiensi dan fidelitas yang lebih baik dapat terpenuhi.
-          Penguat Audio Kelas C
Kalau penguat kelas B perlu 2 transistor untuk bekerja dengan baik, maka ada penguat yang disebut kelas C yang hanya perlu 1 transistor. Ada beberapa aplikasi yang memang hanya memerlukan 1 phase  positif saja. Contohnya adalah pendeteksi dan penguat frekuensi pilot, rangkaian penguat tuner RF dan sebagainya. Transistor penguat kelas C bekerja aktif hanya pada phase positif saja, bahkan jika perlu cukup sempit hanya pada puncak-puncaknya saja dikuatkan. Sisa sinyalnya bisa direplika oleh rangkaian resonansi L dan C. Tipikal dari rangkaian penguat kelas C adalah seperti pada rangkaian berikut ini.
amp_c
Gambar 10 : Rangkaian Dasar Penguat Kelas C
Rangkaian ini juga tidak perlu dibuatkan bias, karena transistor memang sengaja dibuat bekerja pada daerah saturasi. Rangkaian L C pada rangkaian tersebut akan ber-resonansi dan ikut berperan penting dalam me-replika kembali sinyal input menjadi sinyal output dengan frekuensi yang sama. Rangkaian ini jika diberi umpanbalik dapat menjadi rangkaian osilator RF yang sering digunakan pada pemancar. Penguat kelas C memiliki efisiensi yang tinggi bahkan sampai 100%, namun tingkat fidelitasnya memang lebih rendah. Tetapi sebenarnya fidelitas yang tinggi bukan menjadi tujuan dari penguat jenis ini.
-          Penguat audio kelas D
Penguat kelas D menggunakan teknik PWM (pulse width modulation), dimana lebar dari pulsa ini proporsioal terhadap amplituda sinyal input. Pada tingkat akhir, sinyal PWM men-drive transistor switching ON dan OFF sesuai dengan lebar pulsanya. Transistor switching yang digunakan biasanya adalah transistor jenis FET. Konsep penguat kelas D ditunjukkan pada gambar-11. Teknik sampling pada sistem penguat kelas D memerlukan sebuah generator gelombang segitiga dan komparator untuk menghasilkan sinyal PWM yang proporsional terhadap amplituda sinyal input. Pola sinyal PWM hasil dari teknik sampling ini seperti digambarkan pada gambar-12. Paling akhir diperlukan filter untuk meningkatkan fidelitas.
amp_d
Gambar 11 : Konsep Penguat Kelas D
-          Penguat audio kelas E
Penguat kelas E pertama kali dipublikasikan oleh pasangan ayah dan anak Nathan D dan Alan D Sokal tahun 1972. Dengan struktur yang mirip seperti penguat kelas C, penguat kelas E memerlukan rangkaian resonansi L/C dengan transistor yang hanya bekerja kurang dari setengah duty cycle. Bedanya, transistor kelas C bekerja di daerah aktif (linier). Sedangkan pada penguat kelas E, transistor bekerja sebagai switching transistor seperti pada penguat kelas D. Biasanya transistor yang digunakan adalah transistor jenis FET. Karena menggunakan transistor jenis FET (MOSFET/CMOS), penguat ini menjadi efisien dan cocok untuk aplikasi yang memerlukan drive arus yang besar namun dengan arus input yang sangat kecil. Bahkan dengan level arus dan tegangan logik pun sudah bisa membuat transitor switching tersebut  bekerja. Karena dikenal efisien dan dapat dibuat dalam satu chip IC serta dengan disipasi panas yang relatif kecil, penguat kelas E banyak diaplikasikan pada peralatan transmisi mobile semisal telepon genggam. Di sini antena adalah bagian dari rangkaian resonansinya.

-          Penguat audio kelas T
Penguat kelas T bisa jadi disebut sebagai penguat digital. Tripath Technology membuat desain digital amplifier dengan metode yang mereka namakan Digital Power Processing (DPP). Mungkin terinspirasi  dari PA kelas D, rangkaian akhirnya menggunakan konsep modulasi PWM dengan switching transistor serta filter. Pada penguat kelas D, proses dibelakangnnya adalah proses analog. Sedangkan pada penguat kelas T, proses sebelumnya adalah manipulasi bit-bit digital. Di dalamnya ada audio prosesor dengan proses umpanbalik yang juga digital untuk koreksi timing delay dan phase.

-          Penguat audio kelas G
Kelas G tergolong penguat analog yang tujuannya untuk memperbaiki efesiensi dari penguat kelas B/AB. Pada kelas B/AB, tegangan supply hanya ada satu pasang yang sering dinotasikan sebagai +VCC dan –VEE misalnya +12V dan –12V (atau ditulis dengan +/-12volt). Pada penguat kelas G, tegangan supply-nya dibuat bertingkat. Terutama untuk aplikasi yang membutuhkan power dengan tegangan yang tinggi, agar efisien tegangan supplynya ada 2 atau 3 pasang yang berbeda. Misalnya ada tegangan supply +/-70 volt, +/-50 volt dan +/-20 volt. Konsep ranagkaian PA kelas G seperti pada gambar-13. Sebagai contoh, untuk alunan suara yang lembut dan rendah, yang aktif adalah pasangan tegangan supply +/-20 volt. Kemudian jika diperlukan untuk men-drive suara yang keras, tegangan supply dapat di-switch ke pasangan tegangan supply maksimum +/-70 volt.
amp_g
Gambar 13 : Konsep Penguat Kelas G dengan Tegangan Supply yang Bertingkat
-          Penguat Audio Kelas H
Konsep penguat kelas H sama dengan penguat kelas G dengan tegangan supply yang dapat berubah sesuai kebutuhan. Hanya saja pada penguat kelas H, tinggi rendahnya tegangan supply di-desain agar lebih linier tidak terbatas hanya ada 2 atau 3 tahap saja. Tegangan supply mengikuti tegangan output dan lebih tinggi hanya beberapa volt. Penguat kelas H ini cukup kompleks, namun akan menjadi sangat efisien.






BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat 
            Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
-          Papan Rangkaian
Papan rangkaian berfungsi sebagai tempat untuk membuat rangkaian.

-          Catu Daya
Catu daya berfungsi sebagai sumber tegangan AC dan DC.

-          Osiloskop
Osiloskop berfungsi untuk mengukur dan menampilkan tegangan sinusoidal, dan berbagai bentuk gelombang yang ditemukan dalam rangkaian yang dibuat.

-          Signal Generator
Signal generator berfungsi sebagai piranti pembangkit isyarat.

-          Multimeter
Multimeter berfungsi sebagai alat ukur resistansi, kuat arus, dan tegangan.

-          Kabel Jumper
Kabel jumper berfungsi sebagai penghubung dalam suatu rangkaian.

-          Potensiometer
Potensiometer berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan nilai hambatan.


III.1.2 Bahan
            Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
-          Transistor
Transistor adalah komponen elektronika aktif yang berfungsi sebagai penguat tegangan dan penguat arus.
-          Resistor
Resistor adalah komponen elektronika pasif yang berfungsi untuk menghambat aliran arus listrik.
-          Kapasitor
Kapasitor adalah komponen elektronika pasif yang berfungsi untuk menyimpan muatan listrik dalam bentuk medan listrik.


III.2 Prosedur Praktikum
            Adapun prosedur pada praktikum penguat daya audio  ini yaitu:
1.      Menyiapkan seluruh peralatan dan komponen yang digunakan.
2.      Melakukan kalibrasi terhadap peralatan yang digunakan.
3.      Membuat rangkaian penguat daya audio seperti pada gambar berikut:

4.      Mengamati bentuk isyarat masukan dan keluaran penguat.
5.      Mengukur dan mencatat   dan  penguat.
6.      Melepaskan kapasitor Bootstrap dari rangkaian seperti gambar di bawah ini:

7.      Melakukan kembali prosedur 4 dan 5.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil 
IV.1.1 Tabel Pengamatan
-          Transistor
No.
Nama Transistor
Tipe Transistor
1.
Q1
NPN-109
2.
Q2
NPN-109
3.
Q3
NPN-109
4.
Q4
PNP-107
5.
Q5
NPN-109
6.
Q6
NPN-109

-          Resistor
Nama Resistor
Warna
Resistansi
C1
C2
C3
C4
R1
Coklat
Hitam
Merah
Emas
1,8
R2
Coklat
Hitam
Merah
Emas
1,8
R3
Orange
Orange
Merah
Emas
0,6
R4
Coklat
Hitam
Orange
Emas
8
R5
Coklat
Hitam
Merah
Emas
1,8
R6
Coklat
hitam
Kuning
Emas
3,8
R7
Biru
Abu-abu
Merah
Emas
2,4
R8
Coklat
Hitam
Merah
Emas
1,8
R9
Abu-abu
Coklat
Merah
Emas
8,8

-          Kapasitor
No.
Nama Kapasitor
Kapasitansi
1.
C1
2.
C2
3.
C3
4.
C4
5.
C5
6.
C6

-          Bila J1 dilepas (kapasitor Bootstrap C2 dilepas dari rangkaian)
Frekuensi (Hz)
0,5 volt
1,5 volt

-          Bila J1 dipasang (kapasitor Bootstrap C2 dipasang pada rangkaian)
Frekuensi (Hz)
0,5 volt
1,5 volt



IV.1.2 Gambar Isyarat
a.       Bila J1 dilepas (tanpa kapasitor Bootstrap)
b.      Bila J1 dipasang (dengan kapasitor Bootstrap)

IV.2 Pembahasan
            Pada praktikum penguat daya audio, hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah kesesuaian antara nilai dan tipe komponen yang digunakan dengan nilai dan tipe komponen yang diberikan asisten. Pada praktikum ini, digunakan 6 buah transistor, 9 buah resistor, 6 buah kapasitor dan sebuah potensiometer.
            Transistor yang digunakan terdiri atas 2 tipe yaitu tipe NPN-109 dan tipe PNP-107. Transistor tipe NPN-109 digunakan pada Q1, Q2, Q3, Q5 dan Q6, sedangkan untuk tipe PNP-107 digunakan pada Q4. Adapun untuk komponen resistor, masing-masing memiliki nilai resistansi yaitu , , , , , , ,  dan . Kemudian, kapasitor yang digunakan masing-masing memiliki kapasitansi , , , ,  dan .
            Berdasarkan gambar isyarat yang diperoleh, dapat dihitung bahwa  dan  penguat masing-masing sebesar 0,5 volt dan 1,5 volt. Jadi, penguatan yang diperoleh adalah 3 kali dari inputnya, yang sekaligus membuktikan bahwa teori yang menyatakan, output lebih besar dari inputnya, terbukti.
            Nilai  dan  yang diperoleh dari praktikum adalah sama, baik saat kapasitor bootstrap dipasang maupun saat kapasitor Bootstrap dilepas. Adanya kesamaan ini memperlihatkan bahwa fungsi kapasitor Bootstrap tidak terlalu terlihat karena distorsi dari gambar isyarat yang diperoleh sangatlah minim.





BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini yaitu:
-          Tegangan masukan dan tegangan keluaran ( dan  dari penguat daya audio masing-masing sebesar 0,5 volt dan 1,5 volt.
-          Kapasitor Bootstrap berfungsi untuk meminimalkan distorsi.
-          Komponen-komponen yang digunakan dalam praktikum penguat daya audio adalah 6 buah transistor, 9 buah resistor dan 6 buah kapasitor.

V.2 Kritik dan Saran
V.2.1 Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi
Kritik dan saran untuk laboratorium elektronika dan instrumentasi, yaitu:
-          Alat dan bahan praktikum sudah cukup banyak, akan tetapi sebaiknya perlu ditambah lagi.
-          Alat yang tidak dapat berfungsi dengan baik sebaiknya diperbaiki atau diganti.

V.2.2. Asisten
Kritik dan saran untuk asisten yaitu :
-          Sikap asisten sudah cukup baik dalam membimbing praktikan selama praktikum berlangsung, akan tetapi perlu ditingkatkan lagi.
-          Banyak pengetahuan yang sudah terlupakan, tapi diingatkan kembali oleh asisten, saya mengucapkan banyak terima kasih.




DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2010. Penguat Daya Kelas Dengan Rangkaian. http://elkakom.blogspot. com/2010/07/penguat-daya-kelas-dengan-rangkaian.html. Diakses pada tanggal 7 Mei 2012, pukul 11.00 WITA. Makassar.
Lilikvengeance. 2009. Elektronika. http://lilikvengeance.wordpress.com/2009/07/ 19/30/elektronika. Diakses pada tanggal 30 April 2012, pukul 11.00 WITA. Makassar.
Sutrisno. 1987. Elektronika Teori dan penerapannya. Jilid 2. Bandung: Penerbit ITB.
Tresains. 2010. Audio Amplifier. http://trensains.com/audio_amplifier.htm. Diakses pada tanggal 7 Mei 2012, pukul 11.00 WITA. Makassar.
Varobes. 2010. Audio amplifier. http://varobes.wordpress.com/2010/02/10/audio-amplifier/. Diakses pada tanggal 7 Mei 2012, pukul 11.00 WITA. Makassar.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar