BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Penguat daya audio adalah penguat dengan isyarat tegangan
yang kecil yang diperkuat dan dibuat agar mampu memberikan arus isyarat yang
besar, untuk menggetarkan pengeras suara, menggerakkan motor listrik atau beban
lain yang memerlukannya. Jadi pada penguat daya audio, tegangan besar dan arus
isyarat juga besar.
Penguat audio (amplifier) secara harfiah diartikan dengan
memperbesar dan menguatkan sinyal input. Tetapi yang sebenarnya terjadi adalah,
sinyal input direplika (copied) dan kemudian direka kembali (re-produced)
menjadi sinyal yang lebih besar dan lebih kuat. Dari sinilah muncul istilah
fidelitas (fidelity) yang berarti seberapa mirip bentuk sinyal keluaran
hasil replika terhadap sinyal masukan. Ada kalanya sinyal input dalam prosesnya
kemudian terdistorsi karena berbagai sebab, sehingga bentuk sinyal keluarannya
menjadi cacat. Sistem penguat dikatakan memiliki fidelitas yang tinggi (high
fidelity), jika sistem tersebut mampu menghasilkan sinyal keluaran yang
bentuknya persis sama dengan sinyal input. Hanya level tegangan atau amplitudo
saja yang telah diperbesar dan dikuatkan.
I.2
Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada praktikum penguat daya audio ini meliputi
pengukuran resistansi pada resistor berdasarkan warna cincin yang tertera pada
resistor, mencatat nilai kapasitansi dan tipe transistor yang digunakan,
membuat rangkaian penguat daya audio, mengamati bentuk isyarat masukan dan isyarat
keluaran penguat, serta mengukur tegangan masukan dan tegangan keluaran bila
kapasitor Bootstrap dipasang dan dilepas dari rangkaian penguat.
I.3
Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan telah memiliki
kemampuan-kemampuan berikut:
-
Menguji
suatu penguat daya audio yaitu mengamati bentuk isyarat keluaran dan mengukur
hambatan masukan.
-
Menunjukkan
pengaruh kapasitor Bootstrap terhadap penguatan (gain) tegangan dan bentuk
isyarat keluaran.
-
Mengenal
komponen-komponen yang digunakan pada suatu penguat daya audio.
I.4
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum penguat daya audio ini dilakukan
pada hari Jumat, 11 Mei 2012, pukul 09.00-11.00 WITA, di Laboratorium
Elektronika dan Instrumentasi, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Fidelitas dan Efisiensi
Penguat audio (amplifier) secara harfiah diartikan
dengan memperbesar dan menguatkan sinyal input. Tetapi yang sebenarnya terjadi
adalah, sinyal input direplika (copied) dan kemudian direka
kembali (re-produced) menjadi sinyal yang lebih besar dan lebih kuat.
Dari sinilah muncul istilah fidelitas (fidelity) yang berarti seberapa
mirip bentuk sinyal keluaran hasil replika terhadap sinyal masukan. Ada kalanya
sinyal input dalam prosesnya kemudian terdistorsi karena berbagai sebab,
sehingga bentuk sinyal keluarannya menjadi cacat. Sistem penguat dikatakan
memiliki fidelitas yang tinggi (high fidelity), jika sistem
tersebut mampu menghasilkan sinyal keluaran yang bentuknya persis sama dengan
sinyal input. Hanya level tegangan atau amplituda saja yang telah diperbesar
dan dikuatkan. Di sisi lain, efisiensi juga mesti diperhatikan. Efisiensi yang
dimaksud adalah efisiensi dari penguat itu yang dinyatakan dengan besaran
persentasi dari power output dibandingkan dengan power input. Sistem penguat
dikatakan memiliki tingkat efisiensi tinggi (100 %) jika tidak ada rugi-rugi
pada proses penguatannya yang terbuang menjadi panas.
B. Macam-Macam Penguat Audio
-
Penguat Audio Kelas A
Contoh dari penguat class A adalah adalah rangkaian dasar common
emiter (CE) transistor. Penguat tipe kelas A dibuat dengan mengatur arus
bias yang sesuai di titik tertentu yang ada pada garis bebannya. Sedemikian
rupa sehingga titik Q ini berada tepat di tengah garis beban kurva VCE-IC
dari rangkaian penguat tersebut dan sebut saja titik ini titik A. Gambar berikut
adalah contoh rangkaian common emitor dengan transistor NPN Q1.
Gambar 1 : Rangkaian Dasar Kelas
A
Garis beban pada penguat ini
ditentukan oleh resistor Rc dan Re dari rumus VCC
= VCE + IcRc + IeRe.
Jika Ie = Ic maka dapat disederhanakan menjadi VCC
= VCE + Ic (Rc+Re). Selanjutnya
pembaca dapat menggambar garis beban rangkaian ini dari rumus tersebut.
Sedangkan resistor Ra dan Rb dipasang untuk menentukan arus bias. Pembaca dapat
menentukan sendiri besar resistor-resistor pada rangkaian tersebut dengan
pertama menetapkan berapa besar arus Ib yang memotong titik Q.
Gambar 2 : Garis Beban dan Titik
Q Kelas A
Besar
arus Ib biasanya tercantum pada datasheet transistor yang digunakan.
Besar penguatan sinyal AC dapat dihitung dengan teori
analisa rangkaian sinyal AC. Analisa rangkaian AC adalah dengan menghubung
singkat setiap komponen kapasitor C dan secara imajiner menyambungkan VCC
ke ground. Dengan cara ini rangkaian gambar-1dapat dirangkai
menjadi seperti gambar-3. Resistor Ra dan Rc dihubungkan
ke ground dan semua kapasitor dihubung singkat.
Gambar 3 : Rangkaian Imajimer
Analisa AC Kelas A
Dengan adanya kapasitor Ce, nilai Re
pada analisa sinyal AC menjadi tidak berarti. Pembaca dapat mencari lebih
lanjut literatur yang membahas penguatan transistor untuk mengetahui bagaimana
perhitungan nilai penguatan transistor secara detail. Penguatan
didefenisikan dengan Vout/Vin = rc / re`,
dimana rc adalah resistansi Rc paralel dengan beban RL
(pada penguat akhir, RL adalah speaker 8 Ohm) dan re` adalah resistansi
penguatan transitor. Nilai re` dapat dihitung dari rumus re` = hfe/hie
yang datanya juga ada di datasheet transistor. Gambar-4 menunjukkan
ilustrasi penguatan sinyal input serta proyeksinya menjadi sinyal output
terhadap garis kurva x-y rumus penguatan vout = (rc/re)
Vin.
Gambar 4 : Kurva Penguatan Kelas A
Ciri khas dari penguat kelas A, seluruh sinyal keluarannya
bekerja pada daerah aktif. Penguat tipe class A disebut sebagai penguat yang
memiliki tingkat fidelitas yang tinggi. Asalkan sinyal masih bekerja di daerah
aktif, bentuk sinyal keluarannya akan sama persis dengan sinyal input. Namun
penguat kelas A ini memiliki efisiensi yang rendah kira-kira hanya 25% – 50%.
Ini tidak lain karena titik Q yang ada pada titik A, sehingga walaupun tidak
ada sinyal input (atau ketika sinyal input = 0 Vac) transistor tetap bekerja
pada daerah aktif dengan arus bias konstan. Transistor selalu aktif (ON)
sehingga sebagian besar dari sumber catu daya terbuang menjadi panas. Karena
ini juga transistor penguat kelas A perlu ditambah dengan pendingin ekstra
seperti heatsink yang lebih besar.
-
Penguat Audio Kelas B
Panas yang
berlebih menjadi masalah tersendiri pada penguat kelas A. Maka dibuatlah
penguat kelas B dengan titik Q yang digeser ke titik B (pada gambar-5).
Panas yang
berlebih menjadi masalah tersendiri pada penguat kelas A. Maka dibuatlah
penguat kelas B dengan titik Q yang digeser ke titik B (pada gambar-5). Titik B
adalah satu titik pada garis beban dimana titik ini berpotongan dengan garis
arus Ib = 0. Karena letak titik yang demikian, maka transistor hanya
bekerja aktif pada satu bagian phase gelombang saja. Oleh sebab itu penguat
kelas B selalu dibuat dengan 2 buah transistor Q1 (NPN) dan Q2 (PNP).
Gambar 5 :
Titik Q Penguat A, AB dan B
Karena kedua transistor ini bekerja bergantian, maka penguat
kelas B sering dinamakan sebagai penguat Push-Pull. Rangkaian dasar PA
kelas B adalah seperti pada gambar-6. Jika sinyalnya berupa gelombang sinus,
maka transistor Q1 aktif pada 50 % siklus pertama (phase positif 0o-180o)
dan selanjutnya giliran transistor Q2 aktif pada siklus 50 % berikutnya (phase
negatif 180o – 360o). Penguat kelas B lebih efisien
dibanding dengan kelas A, sebab jika tidak ada sinyal input ( vin =
0 volt) maka arus bias Ib juga = 0 dan praktis membuat kedua
trasistor dalam keadaan OFF.
Gambar 6 : Rangkaian Dasar Penguat Kelas B
Efisiensi penguat kelas B kira-kira sebesar 75%. Namun bukan
berarti masalah sudah selesai, sebab transistor memiliki ke-tidak ideal-an.
Pada kenyataanya ada tegangan jepit Vbe kira-kira sebesar 0.7 volt yang
menyebabkan transistor masih dalam keadaan OFF walaupun arus Ib telah lebih
besar beberapa mA dari 0. Ini yang menyebabkan masalah cross-over pada saat
transisi dari transistor Q1 menjadi transistor Q2 yang bergantian menjadi
aktif. Gambar-7 menunjukkan masalah cross-over ini yang penyebabnya
adalah adanya dead zone transistor Q1 dan Q2 pada saat transisi. Pada penguat
akhir, salah satu cara mengatasi masalah cross-over adalah dengan
menambah filter cross-over (filter pasif L dan C) pada masukan speaker.
Gambar 7 : Kurva Penguatan Kelas B
-
Penguat
Audio Kelas AB
Cara lain
untuk mengatasi cross-over adalah dengan menggeser sedikit titik Q pada
garis beban dari titik B ke titik AB (gambar-5). Ini tujuannya tidak lain
adalah agar pada saat transisi sinyal dari phase positif ke phase negatif dan
sebaliknya, terjadi overlap diantara transistor Q1 dan Q2. Pada saat itu,
transistor Q1 masih aktif sementara transistor Q2 mulai aktif dan demikian juga
pada phase sebaliknya. Penguat kelas AB merupakan kompromi antara efesiensi
(sekitar 50% – 75%) dengan mempertahankan fidelitas sinyal keluaran.
Gambar 8 : Overlaping Sinyal
Keluaran Penguat Kelas AB
Ada beberapa teknik yang sering dipakai untuk menggeser
titik Q sedikit di atas daerah cut-off. Salah satu contohnya
adalah seperti gambar-9 berikut ini. Resistor R2 di sini berfungsi
untuk memberi tegangan jepit antara base transistor Q1 dan Q2. Pembaca dapat
menentukan berapa nilai R2 ini untuk memberikan arus bias tertentu bagi kedua
transistor. Tegangan jepit pada R2 dihitung dari pembagi tegangan R1,
R2 dan R3 dengan rumus VR2 = (2VCC)
R2/(R1+R2+R3). Lalu tentukan arus
base dan lihat relasinya dengan arus Ic dan Ie sehingga dapat dihitung relasiny
dengan tegangan jepit R2 dari rumus VR2 = 2×0.7 + Ie(Re1
+ Re2). Penguat kelas AB ternyata punya masalah dengan teknik ini,
sebab akan terjadi peng-gemukan sinyal pada kedua transistornya aktif ketika
saat transisi. Masalah ini disebut dengan gumming.
Gambar 9 : Rangkaian Dasar
Penguat Kelas AB
Untuk menghindari masalah gumming ini, ternyata sang
insinyur (yang mungkin saja bukan seorang insinyur) tidak kehilangan akal. Maka
dibuatlah teknik yang hanya mengaktifkan salah satu transistor saja pada saat
transisi. Caranya adalah dengan membuat salah satu transistornya bekerja pada
kelas AB dan satu lainnya bekerja pada kelas B. Teknik ini bisa dengan memberi
bias konstan pada salah satu transistornya yang bekerja pada kelas AB (biasanya
selalu yang PNP). Caranya dengan menganjal base transistor tersebut menggunakan
deretan dioda atau susunan satu transistor aktif. Maka kadang penguat seperti
ini disebut juga dengan penguat kelas AB plus B atau bisa saja diklaim sebagai
kelas AB saja atau kelas B karena dasarnya adalah PA kelas B. Penyebutan ini
tergantung dari bagaimana produk amplifier anda mau diiklankan. Karena penguat
kelas AB terlanjur memiliki konotasi lebih baik dari kelas A dan B. Namun yang
penting adalah dengan teknik-teknik ini tujuan untuk mendapatkan efisiensi dan
fidelitas yang lebih baik dapat terpenuhi.
-
Penguat
Audio Kelas C
Kalau
penguat kelas B perlu 2 transistor untuk bekerja dengan baik, maka ada penguat
yang disebut kelas C yang hanya perlu 1 transistor. Ada beberapa aplikasi yang
memang hanya memerlukan 1 phase positif saja. Contohnya adalah pendeteksi
dan penguat frekuensi pilot, rangkaian penguat tuner RF dan sebagainya.
Transistor penguat kelas C bekerja aktif hanya pada phase positif saja, bahkan
jika perlu cukup sempit hanya pada puncak-puncaknya saja dikuatkan. Sisa
sinyalnya bisa direplika oleh rangkaian resonansi L dan C. Tipikal dari rangkaian
penguat kelas C adalah seperti pada rangkaian berikut ini.
Gambar 10 : Rangkaian Dasar
Penguat Kelas C
Rangkaian ini juga tidak perlu dibuatkan bias, karena
transistor memang sengaja dibuat bekerja pada daerah saturasi. Rangkaian L C
pada rangkaian tersebut akan ber-resonansi dan ikut berperan penting dalam
me-replika kembali sinyal input menjadi sinyal output dengan frekuensi yang
sama. Rangkaian ini jika diberi umpanbalik dapat menjadi rangkaian osilator RF
yang sering digunakan pada pemancar. Penguat kelas C memiliki efisiensi yang
tinggi bahkan sampai 100%, namun tingkat fidelitasnya memang lebih rendah.
Tetapi sebenarnya fidelitas yang tinggi bukan menjadi tujuan dari penguat jenis
ini.
-
Penguat
audio kelas D
Penguat kelas
D menggunakan teknik PWM (pulse width modulation), dimana lebar dari
pulsa ini proporsioal terhadap amplituda sinyal input. Pada tingkat akhir,
sinyal PWM men-drive transistor switching ON dan OFF sesuai dengan lebar
pulsanya. Transistor switching yang digunakan biasanya adalah transistor
jenis FET. Konsep penguat kelas D ditunjukkan pada gambar-11. Teknik sampling
pada sistem penguat kelas D memerlukan sebuah generator gelombang segitiga dan
komparator untuk menghasilkan sinyal PWM yang proporsional terhadap amplituda
sinyal input. Pola sinyal PWM hasil dari teknik sampling ini seperti
digambarkan pada gambar-12. Paling akhir diperlukan filter untuk meningkatkan
fidelitas.
Gambar 11 : Konsep Penguat Kelas
D
-
Penguat
audio kelas E
Penguat
kelas E pertama kali dipublikasikan oleh pasangan ayah dan anak Nathan D dan
Alan D Sokal tahun 1972. Dengan struktur yang mirip seperti penguat kelas C,
penguat kelas E memerlukan rangkaian resonansi L/C dengan transistor yang hanya
bekerja kurang dari setengah duty cycle. Bedanya, transistor kelas C
bekerja di daerah aktif (linier). Sedangkan pada penguat kelas E, transistor
bekerja sebagai switching transistor seperti pada penguat kelas D. Biasanya
transistor yang digunakan adalah transistor jenis FET. Karena menggunakan
transistor jenis FET (MOSFET/CMOS), penguat ini menjadi efisien dan cocok untuk
aplikasi yang memerlukan drive arus yang besar namun dengan arus input yang
sangat kecil. Bahkan dengan level arus dan tegangan logik pun sudah bisa
membuat transitor switching tersebut bekerja. Karena dikenal efisien dan
dapat dibuat dalam satu chip IC serta dengan disipasi panas yang relatif kecil,
penguat kelas E banyak diaplikasikan pada peralatan transmisi mobile semisal
telepon genggam. Di sini antena adalah bagian dari rangkaian resonansinya.
-
Penguat
audio kelas T
Penguat
kelas T bisa jadi disebut sebagai penguat digital. Tripath Technology membuat
desain digital amplifier dengan metode yang mereka namakan Digital Power
Processing (DPP). Mungkin terinspirasi dari PA kelas D, rangkaian
akhirnya menggunakan konsep modulasi PWM dengan switching transistor serta
filter. Pada penguat kelas D, proses dibelakangnnya adalah proses analog.
Sedangkan pada penguat kelas T, proses sebelumnya adalah manipulasi bit-bit digital.
Di dalamnya ada audio prosesor dengan proses umpanbalik yang juga digital untuk
koreksi timing delay dan phase.
-
Penguat
audio kelas G
Kelas G
tergolong penguat analog yang tujuannya untuk memperbaiki efesiensi dari
penguat kelas B/AB. Pada kelas B/AB, tegangan supply hanya ada satu pasang yang
sering dinotasikan sebagai +VCC dan –VEE misalnya +12V
dan –12V (atau ditulis dengan +/-12volt). Pada penguat kelas G, tegangan
supply-nya dibuat bertingkat. Terutama untuk aplikasi yang membutuhkan power
dengan tegangan yang tinggi, agar efisien tegangan supplynya ada 2 atau 3
pasang yang berbeda. Misalnya ada tegangan supply +/-70 volt, +/-50 volt dan
+/-20 volt. Konsep ranagkaian PA kelas G seperti pada gambar-13. Sebagai
contoh, untuk alunan suara yang lembut dan rendah, yang aktif adalah pasangan
tegangan supply +/-20 volt. Kemudian jika diperlukan untuk men-drive suara yang
keras, tegangan supply dapat di-switch ke pasangan tegangan supply maksimum
+/-70 volt.
Gambar 13 : Konsep Penguat Kelas
G dengan Tegangan Supply yang Bertingkat
-
Penguat
Audio Kelas H
Konsep
penguat kelas H sama dengan penguat kelas G dengan tegangan supply yang dapat
berubah sesuai kebutuhan. Hanya saja pada penguat kelas H, tinggi rendahnya
tegangan supply di-desain agar lebih linier tidak terbatas hanya ada 2 atau 3
tahap saja. Tegangan supply mengikuti tegangan output dan lebih tinggi hanya
beberapa volt. Penguat kelas H ini cukup kompleks, namun akan menjadi sangat
efisien.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
III.1
Alat dan Bahan
III.1.1
Alat
Peralatan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah sebagai berikut.
-
Papan
Rangkaian
Papan rangkaian berfungsi sebagai
tempat untuk membuat rangkaian.
-
Catu
Daya
Catu
daya berfungsi sebagai sumber tegangan AC dan DC.
-
Osiloskop
Osiloskop berfungsi untuk mengukur
dan menampilkan tegangan sinusoidal, dan berbagai bentuk gelombang yang ditemukan
dalam rangkaian yang dibuat.
-
Signal
Generator
Signal
generator berfungsi
sebagai piranti pembangkit isyarat.
-
Multimeter
Multimeter
berfungsi sebagai alat ukur resistansi, kuat arus, dan
tegangan.
-
Kabel
Jumper
Kabel jumper berfungsi sebagai
penghubung dalam suatu rangkaian.
-
Potensiometer
Potensiometer berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan
nilai hambatan.
III.1.2
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum
ini adalah sebagai berikut.
-
Transistor
Transistor adalah komponen
elektronika aktif yang berfungsi sebagai penguat tegangan dan penguat arus.
-
Resistor
Resistor adalah komponen elektronika
pasif yang berfungsi untuk menghambat aliran arus listrik.
-
Kapasitor
Kapasitor adalah komponen
elektronika pasif yang berfungsi untuk menyimpan muatan listrik dalam bentuk
medan listrik.
III.2
Prosedur Praktikum
Adapun prosedur pada praktikum
penguat daya audio ini yaitu:
1. Menyiapkan seluruh peralatan dan
komponen yang digunakan.
2. Melakukan kalibrasi terhadap
peralatan yang digunakan.
3. Membuat rangkaian penguat daya audio
seperti pada gambar berikut:
4. Mengamati bentuk isyarat masukan dan
keluaran penguat.
5. Mengukur dan mencatat dan penguat.
6. Melepaskan kapasitor Bootstrap dari rangkaian
seperti gambar di bawah ini:
7. Melakukan kembali prosedur 4 dan 5.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1
Hasil
IV.1.1
Tabel Pengamatan
-
Transistor
No.
|
Nama Transistor
|
Tipe Transistor
|
1.
|
Q1
|
NPN-109
|
2.
|
Q2
|
NPN-109
|
3.
|
Q3
|
NPN-109
|
4.
|
Q4
|
PNP-107
|
5.
|
Q5
|
NPN-109
|
6.
|
Q6
|
NPN-109
|
-
Resistor
Nama Resistor
|
Warna
|
|
Resistansi
|
|||
C1
|
C2
|
C3
|
C4
|
|||
R1
|
Coklat
|
Hitam
|
Merah
|
Emas
|
|
1,8
|
R2
|
Coklat
|
Hitam
|
Merah
|
Emas
|
|
1,8
|
R3
|
Orange
|
Orange
|
Merah
|
Emas
|
|
0,6
|
R4
|
Coklat
|
Hitam
|
Orange
|
Emas
|
|
8
|
R5
|
Coklat
|
Hitam
|
Merah
|
Emas
|
|
1,8
|
R6
|
Coklat
|
hitam
|
Kuning
|
Emas
|
|
3,8
|
R7
|
Biru
|
Abu-abu
|
Merah
|
Emas
|
|
2,4
|
R8
|
Coklat
|
Hitam
|
Merah
|
Emas
|
|
1,8
|
R9
|
Abu-abu
|
Coklat
|
Merah
|
Emas
|
|
8,8
|
-
Kapasitor
No.
|
Nama Kapasitor
|
Kapasitansi
|
1.
|
C1
|
|
2.
|
C2
|
|
3.
|
C3
|
|
4.
|
C4
|
|
5.
|
C5
|
|
6.
|
C6
|
|
-
Bila J1 dilepas
(kapasitor Bootstrap C2 dilepas dari rangkaian)
Frekuensi (Hz)
|
|
|
|
0,5 volt
|
1,5
volt
|
-
Bila J1 dipasang
(kapasitor Bootstrap C2 dipasang pada rangkaian)
Frekuensi (Hz)
|
|
|
|
0,5 volt
|
1,5
volt
|
IV.1.2
Gambar Isyarat
a. Bila J1 dilepas (tanpa
kapasitor Bootstrap)
b. Bila J1 dipasang (dengan
kapasitor Bootstrap)
IV.2
Pembahasan
Pada praktikum penguat daya audio,
hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah kesesuaian antara nilai dan
tipe komponen yang digunakan dengan nilai dan tipe komponen yang diberikan
asisten. Pada praktikum ini, digunakan 6 buah transistor, 9 buah resistor, 6
buah kapasitor dan sebuah potensiometer.
Transistor yang digunakan terdiri
atas 2 tipe yaitu tipe NPN-109 dan tipe PNP-107. Transistor tipe NPN-109
digunakan pada Q1, Q2, Q3, Q5 dan Q6,
sedangkan untuk tipe PNP-107 digunakan pada Q4. Adapun untuk
komponen resistor, masing-masing memiliki nilai resistansi yaitu , , , , , , , dan . Kemudian, kapasitor yang digunakan masing-masing memiliki
kapasitansi , , , , dan .
Berdasarkan gambar isyarat yang
diperoleh, dapat dihitung bahwa dan penguat masing-masing
sebesar 0,5 volt dan 1,5 volt. Jadi, penguatan yang diperoleh adalah 3 kali
dari inputnya, yang sekaligus membuktikan bahwa teori yang menyatakan, output
lebih besar dari inputnya, terbukti.
Nilai dan yang diperoleh dari
praktikum adalah sama, baik saat kapasitor bootstrap dipasang maupun saat
kapasitor Bootstrap dilepas. Adanya kesamaan ini memperlihatkan bahwa fungsi
kapasitor Bootstrap tidak terlalu terlihat karena distorsi dari gambar isyarat
yang diperoleh sangatlah minim.
BAB V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini
yaitu:
-
Tegangan
masukan dan tegangan keluaran ( dan dari penguat daya
audio masing-masing sebesar 0,5 volt dan 1,5 volt.
-
Kapasitor
Bootstrap berfungsi untuk meminimalkan distorsi.
-
Komponen-komponen
yang digunakan dalam praktikum penguat daya audio adalah 6 buah transistor, 9
buah resistor dan 6 buah kapasitor.
V.2
Kritik dan Saran
V.2.1
Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi
Kritik dan saran untuk laboratorium elektronika dan
instrumentasi, yaitu:
-
Alat
dan bahan praktikum sudah cukup banyak, akan tetapi sebaiknya perlu ditambah
lagi.
-
Alat
yang tidak dapat berfungsi dengan baik sebaiknya diperbaiki atau diganti.
V.2.2.
Asisten
Kritik dan saran untuk asisten yaitu :
-
Sikap
asisten sudah cukup baik dalam membimbing praktikan selama praktikum
berlangsung, akan tetapi perlu ditingkatkan lagi.
-
Banyak
pengetahuan yang sudah terlupakan, tapi diingatkan kembali oleh asisten, saya
mengucapkan banyak terima kasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2010. Penguat Daya Kelas Dengan Rangkaian.
http://elkakom.blogspot.
com/2010/07/penguat-daya-kelas-dengan-rangkaian.html.
Diakses pada tanggal 7 Mei 2012, pukul 11.00 WITA. Makassar.
Lilikvengeance.
2009. Elektronika. http://lilikvengeance.wordpress.com/2009/07/
19/30/elektronika. Diakses pada tanggal 30 April 2012,
pukul 11.00 WITA. Makassar.
Tresains. 2010. Audio
Amplifier. http://trensains.com/audio_amplifier.htm.
Diakses pada tanggal 7 Mei 2012, pukul 11.00 WITA. Makassar.
Varobes. 2010. Audio
amplifier. http://varobes.wordpress.com/2010/02/10/audio-amplifier/.
Diakses pada tanggal 7 Mei 2012, pukul 11.00 WITA. Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar