Assalamu Alaikum...
Rabu, 10 Desember 2014
PERANAN BIOLOGI “SISTEM REPRODUKSI” DALAM BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT
2.1 Tinjauan Tentang Remaja
Masa remaja adalah merupakan masa peralihan baik secara fisik, psikis maupun sosial dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Remaja adalah aset sumber daya manusia yang merupakan tulang punggung penerus generasi di masa mendatang. Bila dilihat dari komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, jumlah remaja menempati posisi yang lebih besar dibanding dengan komposisi umur lainnya. Besarnya jumlah penduduk usia remaja ini merupakan peluang dan bukan menjadi masalah bagi pemerintah.
Pada tahun 1974, WHO memberikan defensi tentang remaja yang bersifat konseptual. Defenisi ini berdasarkan 3 kriteria biologik, psikologik dan sosial ekonomi. Dari segi umur WHO membagi menjadi remaja awal (10-14 tahun) dan remaja akhir (15-20 tahun). PBB menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia pemuda (youth) dalam rangka menetapkan tahun 1985 sebagai tahun pemuda internasional.
Di Indonesia, batasan remaja mendekati batasan PBB tentang pemuda kurun usia 14-24 tahun yang dikemukakan dalam Sensus Penduduk 1980. Menurut sensus ini, jumlah remaja Indonesia adalah 147.338.075 jiwa atau 18,5% dari seluruh penduduk Indonesia. Pedoman umum masyarakat Indonesia untuk menentukan batasan usia remaja yaitu 11 – 24 tahun dan belum menikah.
J.J. Rosseau membagi perkembangan jiwa manusia menurut perkembangan perasaannya, yang membaginya menjadi 4 tahap yaitu:
1. Umur 0-4 atau 5 tahun : masa kanak-kanak (infancy).
2. Umur 5-12 tahun : masa bandel (savage stage).
3. Umur 12-15 tahun : bangkitnya akal (rasio), nalar (reason) dan kesadaran diri (self consciousness).
4. Umur 15-20 tahun : masa kesempurnaan remaja (adolescence proper) dan merupakan puncak perkembangan emosi.
2.1.1 Perkembangan Fisik (Biologik) pada Masa Remaja
Pada masa remaja seseorang mengalami pertumbuhan fisik yang lebih cepat dibandingkan dengan masa sebelumnya. Ini nampak pada organ seksualnya. Ciri sekunder individu dewasa adalah:
• Pada pria tampak tumbuh kumis, jenggot dan rambut sekitar alat kelamin dan ketiak. Rambut yang tumbuh relatif lebih kasar. Suara menjadi lebih besar, dada melebar dan berbentuk segitiga, serta kulit relatif lebih kasar.
• Pada wanita tampak rambut mulai tumbuh di sekitar alat kelamin dan ketiak, payudara dan panggul mulai membesar, dan kulit relatif lebih halus.
Organ kelamin juga mengalami perubahan ke arah pematangan yaitu:
• Pada pria, sejak usia ini testis akan menghasilkan sperma yang tersimpan dalam skrotum.
• Pada wanita, kedua indung telur (ovarium) akan menghasilkan sel telur (ovum). Sejak saat ini wanita akan mengalami ovulasi dan menstruasi.
2.1.2 Perkembangan Psikosial pada Masa Remaja
Kesadaran akan bentuk fisik yang bukan lagi anak-akan menjadikan remaja sadar meninggalkan tingkah laku anak-anaknya dan mengikuti norma serta aturan yang berlaku. Menurut Havigrust aspek psikologis yang menyertainya yaitu:
Menerima kenyataan (realitas) jasmani
Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman sebaya.
Menjalankan peran-peran sosial menurut jenis kelamin sesuaikan dengan norma.
Mencapai kebebasan emosional (tidak tergantung) pada orangtua atau orang dewasa lain.
Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep untuk bermasyarakat.
Memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan atau jabatan.
Mencapai kebebasan ekonomi, merasa mampu hidup dengan nafkah sendiri.
Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan.
2.2 Perubahan Sosial mempengaruhi Perilaku Seks Remaja
Secara ekologis, perilaku seksual manusia merupakan bagian dari perilaku reproduksi. Pada manusia, perilaku seksual dapat didefenisikan sebagai interaksi antara perilaku prokreatif dengan situasi fisik serta sosial yang melingkunginya. Perilaku seksual manusia bukan hanya cerminan rangsangan hormon semata, melainkan menggambarkan juga hasil saling pengaruh antara hormon dan pikiran. Pikiran itu sendiri dipengaruhi oleh pengalaman, pendidikan dan budaya. Sehingga meskipun dorongan birahi itu sendiri bersifat biologis, pola perilaku seksual seseorang akan sangat dipengaruhi oleh tata nilai dan adat istiadat yang berbeda-beda sesuai dengan etnis, agama dan status sosial ekonominya. Semua itu kemudian akan menentukan peran seksual seseorang dalam masyarakat.
Perubahan sosial adalah gejala yang wajar terjadi di manapun. Perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh faktor tunggal, melainkan oleh multifaktor. Kendati demikian, dalam perjalanan waktu, beberapa faktor penyebab perubahan terbukti berperan lebih berperan lebih signifikan secara khusus. Salah satu diantaranya adalah perubahan lingkungan, baik yang disebabkan oleh perubahan kependudukan maupun iklim atau topografi. Perubahan kependudukan, baik dengan maupun tanpa perubahan iklim, cepat atau lambat mendorong terjadinya migrasi, teknik-teknik produksi baru, kepadatan penduduk yang tidak merata, dan kombinasi semua itu.
Selain perubahan lingkungan, faktor penyebab perubahan sosial lainnya, yang sejak dulu dipandang paling penting, adalah perubahan teknologi dan perubahan politik. Perubahan teknologi tersebut, khususnya berupa arus informasi dan komunikasi hasil terknologi baru, telah masuk hingga ke pelosok desa. Tanpa terasa, arus tersebut telah masuk dalam berbagai janji dan impian, dan berdampak sangat besar terhadap tatanan masyarakat dan kebudayaan setempat.
Politik kependudukan pemerintah, terutama berupa program keluarga berencana nasional, hadir dalam masyarakat kota maupun desa dalam wujud materi yang jarang disadari dan diukur dampaknya. Materi tersebut berwujud dalam bentuk kondom, spiral, pil anti hamil, buku-buku panduan singkat mencegah kehamilan dan lain-lain yang tersedia di toko-toko buku, apotik-apotik, took-toko obat di pinggir jalan hingga di Puskesmas-Puskesmas dan kedai-kedai di pedesaan. Tujuan mengejar target program keluarga berencana yaitu menekan kenaikan jumlah penduduk, tampaknya lebih penting daripada proses sosial dan kebudayaan yang terjadi dalam keluarga dan masyarakat.
Keluarga sebagai bagian dari sistem masyarakat yang lebih luas, terkait secara harmonis dan fungsional dengan unsur-unsur lain dalam sistem tersebut. Keluarga dalam perspektif ini dilihat sebagai satu kesatuan sosial dimana para anggotanya termasuk remaja merupakan bagian integral yang solid secara analitik. Remaja akan merespons perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya dengan cepat karena rasa ingin tahu yang dimiliki.
Kemajuan pembangunan di bidang ekonomi serta meningkatnya industrialisasi juga akan disertai dengan meningkatnya kesempatan bagi remaja untuk hidup konsumtif, hedonistik atau kesempatan untuk tinggal di luar pengawasan orang tua. Keadaan ini dapat diikuti dengan meningkatnya aktifitas seksual mereka yang sulit untuk dihentikan hanya dengan melarang atau mengajari mereka tentang moralitas, karena di sisi lain, para produsen akan merayu remaja dengan memanfaatkan perkembangan biologi dan seksualitas mereka.
Perilaku seks remaja yang tidak sehat akan menimbulkan beberapa manifestasi, khususnya di kalangan remaja sendiri. Masalah yang berkaitan dengan kehamilan yang tidak diinginkan yang meliputi :
1. Pembunuhan bayi karena faktor malu.
2. Pengguguran kandungan, terutama yang dilakukan secara tidak aman.
3. Dampak kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja putri baik terhadap kesehatan.
4. Dampak sosial ekonomi dari kehamilan yang tidak diinginkan.
Selain masalah di atas, masalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual yang meliputi :
1. Masalah penyakit menular seksual yang lama, seperti sifilis dan gonorhae.
2. Masalah penyakit menular seksual yang relatif baru seperti chlamidya dan herpes.
3. Masalah HIV/AIDS
4. Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual.
Menurut laporan Sekretaris Jenderal pada sesi khusus majelis umum PBB mengenai HIV/AIDS bahwa tiap hari ada 6000 remaja yang terinfeksi HIV. Sebagian besar dari mereka tidak memiliki akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai, informasi yang benar, bahkan keterampilan hidup.
Berbagai upaya pencegahan penyebaran HIV/AIDS dan infeksi seksual menular lainnya seringkali tidak tersedia bagi para remaja. Pelayanan kesehatan reproduksi pada umumnya hanya membatasi bagi orang dewasa yang sudah menikah dan tidak menyediakan sarana khusus bagi remaja yang hadir tanpa wali. Bila tersedia pelayanan kesehatan, banyak faktor yang membuat remaja tidak menggunakannya termasuk kurangnya pelayanan yang bersifat pribadi serta menjaga kerahasiaan, petugas yang kurang peka, lingkungan yang tidak aman dan ketidakmampuan membayar.
Agar menurunkan dampak secara keseluruhan, upaya dalam mendidik para kaum muda menjadi sangat penting karena pada intinya, memberdayakan generasi muda untuk melindungi diri mereka adalah langkah pertama untuk mengendalikan HIV/AIDS. Salah satu upaya konkrit adalah kesadaran untuk berperilaku seks yang sehat dalam menjaga kesehatan reproduksi mereka sendiri.
2.3 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi yang Benar Membentuk Perilaku Seks yang Aman
2.3.1 Peningkatan Pengetahuan Melalui Sekolah
Pendidikan seksualitas adalah suatu kegiatan pendidikan yang berusaha untuk memberikan pengetahuan agar remaja dapat mengubah perilaku seksualnya ke arah yang lebih bertanggung jawab. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran dan penciuman, rasa, dan raba.
Pengguguran kandungan yang dilakukan secara gelap/aborsi akibat ketidaktahuan yang mendatangkan kematian merupakan salah satu alasan mengapa pendidikan seksualitas diperlukan dan mendesak untuk dimasukkan dalam kurikulum pelajaran formal di tiap sekolah. Sayangnya, banyak negara berkembang termasuk indonesia, makna pendidikan seksualitas/PKRR banyak disalahartikan. Pendidikan seksual dianggap sebagai pendidikan yang mengajari bagaimana melakukan hubungan seks, dan untuk itu sebelumnya pendidikan seperti ini dilarang. Tetapi seiring dengan bergulirnya waktu dan makin kompleksnya permasalahan remaja yang dihadapi pemerintah, khususnya yang berhubungan dengan perilaku seks atau reproduksi yang tidak aman, maka pemerintah kembali mengambil kebijakan untuk menghidupkan kembali program pendidikan seks ini melalui program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (PKRR).
Sekolah sebagai institusi formal yang merupakan tempat sebagian besar kelompok remaja adalah wadah yang tepat untuk memberikan pengetahuan kepada remaja tentang kesehatan reproduksi atau perilaku seks yang sehat dan aman melalui pendidikan yang dimasukkan dalam kurikulum.
Tujuan umum dari Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (PKRR) adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan siswa dan remaja menuju kehidupan generasi penerus yang berkualitas. Tujuan khususnya adalah untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku siswa/remaja tentang kesehatan reproduksi remaja, meningkatkan peran aktif masyarakat (orang tua siswa) dalam penanggulangan masalah kesehatan reproduksi remaja.
Materi PKRR meliputi pertumbuhan dan perkembangan remaja, perkembangan seksual remaja, gizi remaja, latihan fisik dan rekreasi, rokok, minuman keras dan narkoba, kebersihan organ reproduksi, perilaku seksual berisiko, pergaulan bebas, PMS dan HIV/AIDS, pelecehan seksual, membangun keluarga sejahtera, kehamilan dan persalinan, serta hak reproduksi remaja.
Kebijakan yang dikembangkan adalah bentuk pendekatan dalam menyampaikan pengetahuan, pemahaman dan perilaku positif tentang reproduksi sehat remaja dengan memperkuat dan memberdayakan para tenaga pendidik dan pengelola pendidikan melalui jalur dan sistem pendidikan yang sudah ada. Sehingga pendidikan kesehatan reproduksi remaja (KRR) atau adolescent reproductive health (ARH) akan dilaksanakan melalui jalur sekolah dan luar sekolah. Strategi Pendidikan pada satuan dan jenis serta jenjang pendidikan SLTP, SLTA (SMU/SMK), paket A dan B serta kelompok pemuda. Pelaksanaan pendidikan mengikuti sistem yang sudah ada.
Jika mengacu pada sistem dimana KRR dilaksanakan, maka dibedakan menjadi 2 yaitu di sekolah meliputi jalur kurikuler, ekstrakurikuler, dan kegiatan khusus. Sedangkan yang kedua adalah jalur di luar sekolah. Meliputi kelompok pemuda, sanggar kegiatan belajar, balai pengembangan kegiatan belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat dan sebagainya. Untuk mengembangkan pendidikan KRR melalui jalur sekolah dan luar sekolah, upaya yang telah dan akan dilakukan adalah pengembangan modul/bahan belajar, metode dan model pembelajaran, pengadaan alat bantu peraga pendidikan KRR, dan penyiapan ketenagaan baik tenaga pendidik dan tenaga pendidikan melalui TOT yang diselenggarakan secara bertahap.
Kerja sama dalam pelaksanaan PKRR yaitu pendidikan dilaksanakan disekolah oleh guru Bimbingan konseling, guru agama, guru biologi dan guru penjaskes bekerja sama dengan profesi, TOMA, TOGA, instansi lain dan LSM, Puskesmas, orangtua/BP3.
Pada dasarnya, tujuan pendidikan seksualitas atau pendidikan kesehatan reproduksi remaja (PKRR), adalah untuk membekali para remaja dalam menghadapi gejolak biologisnya agar:
Mereka tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah karena mengetahui risiko yang dapat mereka hadapi.
Seandainya mereka tetap melakukannya juga (tidak semua orang dapat dicegah agar tidak melakukannya), mereka dapat mencegah resiko buruk yang dapat terjadi.
Jika risiko tetap terjadi juga, mereka akan menghadapinya secara bertanggung jawab.
2.3.2 Peningkatan Pengetahuan di Luar Sekolah
Pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah diajarkan berdasarkan kurikulum yang disusun dan dikembangkan secara sistematis, dan pengajaran disampaikan secara teratur dan berjenjang. Sebagian lagi proses belajar tersebut berlangsung dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi individu dengan keluarga, kelompok-kelompok sosial, peer group, dan sebagainya. Sehingga secara keseluruhan kedua proses tadi membentuk manusia sebagai mahluk sosial yang memiliki pengetahuan, kemampuan, persepsi, nilai-nilai yang digunakannya untuk beradaptasi dalam kehidupannya.
Secara ideal, pendidikan formal dalam sistem kemasyarakatan kita diharapkan berjalan dan berkembang seimbang dengan proses belajar di luar sekolah. Tetapi, dalam kenyataannya proses pendidikan formal menghadapi masalah dalam konteks penyampaian, penyerapan, dan aktualisasinya dalam tindakan. Secara khusus, perubahan sosial dan perubahan kebudayaan yang diakibatkan oleh derasnya arus informasi melalui media massa, dan aneka ragam informasi lain, seringkali tidak mampu disaring sepenuhnya oleh perangkat institusi lokal maupun nasional kita, dan memberi dampak langsung terhadap kehidupan remaja.
Proses belajar di luar bangku sekolah terjadi di dalam keluarga dan di luar lingkungan keluarga. Secara tradisional, proses belajar dalam masyarakat dimaksudkan sebagai proses penyampaian dan transfer pengetahuan dan nilai-nilai luhur yang terjadi secara harmonis sesuai dengan ukuran masyarakat yang bersangkutan. Melalui proses ini, pewarisan nilai-nilai budaya diasumsikan terjadi dari generasi yang lebih tua ke generasi yang lebih muda. Selain itu, unsur-unsur kebudayaan dari luar (asing) seyogyanya juga terjadi secara selektif dan selaras, yakni unsur-unsur budaya yang dipandang baik, positif dan berguna oleh masyarakat yang bersangkutan akan diserap.
Orang tua yang mewakili generasi yang lebih tua yang umumnya tidak menikmati pendidikan tinggi setinggi anak- anak mereka. Meskipun jenjang pendidikan bukan penyebab mutlak dari perbedaan pengetahuan, generasi muda sekarang ini memiliki kemampuan yang lebih besar untuk mengakses informasi ketimbang orang tua mereka. Desakan arus informasi tentang seks dan kontrasepsi terhadap remaja yang makin besar dan tak dapat dikendalikan berbarengan dengan melemahnya otoritas orang tua, muncullah peer group (teman sebaya) sebagai arena wacana yang memperkenalkan anak remaja dengan informasi baru, nilai baru dan perilaku baru, yang sering tidak atau kurang disetujui oleh generasi tua.
2.4 Kehidupan Seksual yang Sehat
Pendekatan kesehatan reproduksi adalah berdasarkan jenis kelamin dan kategori usia yaitu usia pranikah yaitu remaja. Sebagian remaja telah siap bereproduksi yang biasanya ditandai dengan datangnya haid pada perempuan. Kesehatan reproduksi pada dasarnya merupakan unsur yang intrinsik dan penting dalam kesehatan umum, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Selain itu kesehatan reproduksi juga merupakan syarat yang esensial bagi kesehatan bayi dan anak, remaja, orang dewasa, dan bahkan orang yang berusia setelah masa reproduktif.
Dari perspektif biomedis, kesehatan reproduksi mencakup 3 unsur pokok yaitu kemampuan bereproduksi, keberhasilan bereproduksi, dan keamanan bereproduksi. Aspek budaya yang terkait dengan masalah reproduksi adalah perilaku seksual, kepercayaan tradisional, religi, kelas sosial, status sosial dan ekonomi, kesehatan jiwa, berbagai jenis pelayanan persalinan, faktor gender dan sebagainya.
Ditinjau dari pendekatan biomedis dan sosial budaya, salah satu aspek kesehatan reproduksi remaja adalah perilaku seksual remaja laki-laki dan perempuan. Hal ini dimulai dari pengetahuan remaja laki-laki dan perempuan tentang organ reproduksi dan fungsinya, perilaku seksual yang menyebabkan kehamilan, aborsi dan berbagai penyakit kelamin.
Kehidupan seksual remaja yang sehat adalah:
1. Kehidupan seksual itu dapat dinikmati karena remaja sudah tahu aspek positif dan negatifnya, sehingga mereka melakukannya setelah benar-benar mempertimbangkannya secara matang. Jika mereka melakukan, merekapun akan bertanggung jawab terhadap akibat-akibat yang dapat terjadi.
2. Bebas dari kemungkinan terkena penyakit. Bukan hanya penyakit seksual saja, tetapi segala penyakit yang dapat mengenai organ reproduksinya.
3. Bebas dari ketakutan yang tidak perlu. Hal ini tidak akan terjadi jika mereka mengetahui proses reproduksi secara benar dan dapat membedakan mana yang hanya kepercayaan tanpa dasar dan mana yang berdasarkan fakta ilmu pengetahuan.
4. Mereka memahami tata nilai sosial dan budaya mengenai seksualitas, sehingga mereka akan berperilaku seksual sesuai dengan tata nilai tersebut.
Secara psikologis remaja harus mampu mengendalikan diri dan mengintegrasikan segala dorongan yang ada dalam dirinya, baik dorongan sosial maupun seksualnya. Upaya agar menjadi orang yang bermoral dan bertanggung jawab, yang harus diberikan adalah:
• Pendidikan seksual yang benar dan bertanggung jawab.
• Perhatian dan kasih sayang yang cukup dalam keluarga
• Rangsangan seksual (psikis dan fisik) harus dihindari.
• Bergaul dengan lawan jenis secara prositif dan sehat.
• Menerima pendidikan agama dan moral sesuai kebutuhan remaja masa kini.
• Melibatkan diri dalam kegiatan positif, baik fisik maupun mental.
Pendidikan kesehatan yang dilaksanakan di lembaga formal maupun di luar sekolah akan meningkatkan pengetahuan pada remaja khususnya dan masyarakat pada umumnya sehingga akan dapat menimbulkan perubahan perilaku. Perubahan pengetahuan ini menurut Soekidjo Notoatmodjo, Dr., 1993, dimulai dari daerah kognitif kemudian menimbulkan respon batin dan akhirnya rangsangan tersebut akan menimbulkan respon yang lebih jauh lagi yaitu tindakan atau perilaku.
Selasa, 04 November 2014
Charles Edward Amory WINSLOW
Charles-Edward Amory Winslow (1877-1957) adalah seorang tokoh kesehatan masyarakat selain H.L Blum, tidak hanya di negerinya sendiri, Amerika Serikat, tapi di dunia Barat yang lebih luas. Visinya dan kepemimpinan intelektual memungkinkan dia, lebih dari orang lain, untuk mempengaruhi pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat di Amerika Serikat maupun di negara-negara Eropa. kepemimpinan diilhami-Nya berbuat banyak untuk memastikan bahwa industri berkembang pesat kota dan daerah pedesaan di Amerika Serikat cukup diberikan dengan pelayanan kesehatan esensial publik sanitasi, regulasi makanan dan bahaya melalui air untuk kesehatan, pengembangan program kesehatan pendidikan, dan pendidikan spesialis kesehatan masyarakat. Dalam periode yang didominasi oleh penemuan-penemuan dalam bakteriologi, ia mengakui pentingnya perspektif yang lebih luas tentang sebab-akibat dari yang dianut oleh teori kuman penyakit.
Selama empat puluh tahun, 1915-1945, Winslow adalah seorang profesor kesehatan masyarakat di Universitas Yale. pengajaran-Nya di Yale menekankan perspektif holistik, dan dia pasti banyak dipengaruhi anak didiknya dan siswa, seperti Yusuf Goldberger, yang bekerja pada defisiensi diet yang menyebabkan pellagra mungkin telah diturunkan pada bagian dari ajaran Winslow.
Winslow memulai karirnya sebagai seorang ahli bakteriologi, namun ia segera diperluas fokus untuk merangkul kesehatan dan lingkungan, kondisi rumah, epidemiologi, administrasi kesehatan masyarakat, keperawatan, kesehatan mental, dan organisasi perawatan medis. Winslow warisan termasuk beberapa monograf yang telah menjadi klasik kesehatan masyarakat dan epidemiologi, termasuk Evolusi dan Pentingnya Modern Kampanye Kesehatan Masyarakat (1923), Penaklukan Wabah Penyakit (1943), dan Sejarah Amerika Epidemiologi (1952).
Rabu, 01 Mei 2013
Rabu, 03 April 2013
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Sejarah MRI
Penemuan
MRI merupakan terobosan yang sangat penting dalam kedokteran modern yang
ditemukan oleh dr. Raymond Damadian dan Sejawatnya Minkoff dan Goldsmith pada
tanggal 3 Juli 1977 yang menandai tonggak sejarah pemeriksaan MRI pertama pada
manusia setelah dilakukan penelitian selama 7 tahun.
Awalny
Pada tahun 1946, Felix Bloch dan Purcell mengemukakan teori bahwa inti atom
bersifat sebagai magnet kecil dan inti atom membuat spinning dan processing.
Dari hasil penemuan kedua orang tersebut maka lahirlah alat Nuclear Magnetic
Resonance (NMR) Spectrometer yang penggunaanya terbatas pada kimia saja.
Setelah
lebih dari sepuluh tahun, Raymond Damian bekerja dengan alat NMR Spectrometer
maka pada tahun 1971 ia menggunakan alat tersebut untuk pemeriksaan pasien. Pada
tahun 1979, The University of Nottingham Group memproduksi gambaran potongan
coronal dan sagittal (disamping potongan aksial) dengan NMR selanjutnya karena
kekaburan istilah yang digunakan untuk alat NMR dan dibagian apa sebaiknya NMR
diletakkan maka atas saran dari AMERICAN COLLEGE of RADIOLOGI (1984), NMR
diubah menjadi Magnetik Resonance Imaging (MRI) dan diletakkan dibagian
Radiologi. Seperti namnaya Magnetic Resonance Imaging maka MRI terdiri atas 2
bagian pembahasan yaitu Magnet dan Resonansi namun komponen sistem yang
paling banyak adalah magnet. MRI menggunakan 0,5 T sampai 2 T (5.000-20.000
gauss).
ü Pengertian MRI
MRI
(Magnetic Resonance Imaging) adalah Suatu alat diagnostik mutakhir pada suatu
metode pemeriksaan dan mendeteksi tubuh dengan menggunakan medan magnet dengan
kekuatan tinggi dan gelombang frekuensi radio untuk mendapatkan gambar secara
detail dari bagian tubuh tanpa operasi, tanpa menggunakan sinar X atau bahan
radioaktif. MRI juga merupakan metode rutin yang dipakai dalam diagnosis medis
karena menghasilkan gambar yang sangat jelas dari bagian tubuh khususnya
jaringan lunak dalam tubuh dan pembuluh darah sehingga hasilnya sangat akurat.
Selain
itu, MRI dapat digunakan untuk menghasilkan gambar organ dalam pada organisme
hidup dan juga untuk menemukan jumlah kandungan air dalam struktur geologi.
Selain itu bisa digunakan untuk menggambarkan secara patologi atau perubahan
fisiologi otot hidup dan juga memperkirakan ketelusan batu pada hisrokarbon.
Secara
garis besar instrumen MRI terdiri dari:
a. Sistem magnet yang
berfungsi membentuk medan magnet
b. Sistem pencitraan
berfungsi membentuk citra yang terdiri dari 3 buah kumparan koil, yakni:
1. Gradien koil X untuk
membuat citra potongan sagital
2. Garadien koil Y untuk
membuat citra potongan kooronal
3. Gradien Z untuk membuat
citra potongan aksial
Bila gradien koil X, Y, Z
bekerja secara bersamaan maka terbentuk potongan oblik
c. Sistem frekuensi radio
berfungsi membangkitkan dan memberikan radio frekuensi serta mendeteksi sinyal.
d. Sistem komputer berfungsi
untuk membangkitkan urutan pulsa, mengontrol semua komponen alat MRI dan
menyimpan memori beberapa citar. Sistem pencetakan citra, berfungsi untuk
mencetak gambar pada film Rontgen atau untuk menyimpan citra.
ü Manfaat MRI
1. Mendeteksi kelainan otak
dan syaraf tulang belakang
2. Mendeteksi dini dari
kasus-kasus Stroke
3. Mendeteksi kelainan otot,
sendi dan sumsum tulang belakang
4. Mendeteksi kelainan
organ-organ reproduksi wanita
5. Pemeriksaan saluran empedu
(MRCP)
6. Pemeriksaan pembuluh darah
(MRA)
ü Macam-macam MRI
· MRI ditinjau dari
tipenya:
a. MRI yang memiliki
kerangka terbuka (open gantry) dengan ruang luas
b. MRI yang memiliki kerangka
(gantry) biasa yang berlorong sempit
· MRI ditinjau dari
kekuatan magnetnya:
a. MRI Tesla tinggi
(High Field Tesla) memiliki kekuatan diatas 1-1,5T
b. MRI Tesla sedang (Medium
Field Tesla) memiliki kekuatan 0,5-1T
c. MRI Tesla rendah
(Low Field Tesla) memiliki kekuatan dibawah 0,5T
Para
peneliti menyarankan agar suatu rumah sakit memilih MRI yang mempunyai tesla
tinggi karena alat tersebut dapat digunakan untuk teknik Fast Scan yaitu suatu
teknik yang memungkinkan 1 gambar irisan penampang dibuat dalam hitungan detik
sehingga dapat dibuat banyak irisin penampang yang bervariasi dalam waktu yang
singkat. Dengan banyaknya variasi gambar tersebut menghasilkan suatu lesi
menjadi lebih spesifik.
ü Prinsip Dasar MRI
Alat
MRI ini berupa suatu tabung berbentuk bulat dari magnet yang besar. Lalu
penderita berbaring ditempat tidur yang dapat digerakkan ke dalam (medan)
magnet. Magnet akan menciptakan medan magnetik yang kuat lewat penggabungan
proton-proton atom hidrogen dan dipaparkan pada gelombang radio. Ini akan
menggerakkan proton-proton dalam tubuh dan menghasilkan sinyal yang diterima
akan diproses oleh komputer guna menghasilkan gambaran struktur tubuh yang
diperiksa.
Struktur
atom hidrogen dalam tubuh manusia saat diluar medan magnet mempunyai arah yang
acak dan tidak membentuk keseimbangan. Kemudian saat diletakkan dalam alat MRI
(gantry), maka atom hidrogen akan sejajar dengan arah medan magnet. Saat
diberikan frekuensi radio, maka atom hidrogen akan mengabsorpsi energi dari
frekuensi radio tersebut. Akibatnya dengan bertambahnya energi, atom hidrogen
akan mengalami pembelokan sedangkan besarnya pembelokan arah dipengaruhi oleh
besar dan lamanya energi radio frekuensi yang diberikan. Sewaktu radio
frekuensi dihentikan maka atom hidrogen akan sejajar kembali dengan arah medan
magnet. Pada saat kembali inilah, atom hidrogen akan memancarkan energi yang
dimilikinya. Kemudian energi yang berupa sinyal tersebut dideteksi dengan
detektor yang khusus dan diperkuat. Selanjutnya komputer akan mengolah dan
merekonstruksi citra berdasarkan sinyal yang diperoleh dari berbagai irisan.
Untuk
menghasilkan gambaran MRI yang berkualitas tinggi sebaiknya harus
memperhitungkan hal-hal yang berkaitan dengan teknik penggambaran MRI, antara
lain:
a. Persiapan pasien serta
teknik pemeriksaan pasien yang baik
b. Kontras yang sesuai dengan
tujuan pemeriksaannya
c. Artefak pada gambar dan
cara mengatasinya
d. Tindakan penyelamatan
terhadap keadaan darurat
v Persiapan
pemeriksaan MRI:
1. Pasien tetap boleh
melakukan aktivitas rutin serta makan dan minum obat seperti biasa
2. Khusus untuk pemeriksaan
saluran empedu (MRCP), pasien perlu berpuasa selama 6 jam sebelum pemeriksaan
3. Pasien diminta untuk
melepas semua barang-barang yang terbuat dari logam maupun elektronik seperti:
perhiasan, jam tangan, kacamata, gigi palsu, alat bantu dengar, handphone,
kartu kredit, kartu ATM, dompet dan yang lainnya karena barang-barang tersebut
dapat menginterferensi gambar yang terjadi sehingga dapat mempengaruhi hasil
MRI. Selain itu, medan magnet yang dipancarkan oleh alat MRI dapat merusak
barang-barang yang terbuat dari elektronikk
v Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pemeriksaan MRI:
1. Pemeriksaan MRI, tidak
boleh dilakukan pada wanita yang hamil muda (trisemester II), pengguna pace
maker, pengguna klip pembuluh darah dan bersifat ferromagnetis (bahan yang
tertarik oleh magnit) dan pengguna benda asiing logam pada seluruh bagian
tubuh.
2. Pasien memberikan
informasi kepada petugas sebelum dilakukan pemeriksaan
v Proses pemeriksaan
MRI:
1. Pasien berbaring
terlentang dengan posisi kedua tangan disamping badan
2. Meja MRI akan bergerak
maju kedalam posisi medan magnet yang tepat
3. Pasien akan mendengar suara
dari gelombang radio frekuensi seperti suara ketukan selama jalnnya pemeriksaan
4. Selama pemeriksaan MRI,
pasien akan selalu dibawah pengawasan petugas dan dapat langsung berkomunikasi
dengan petugas MRI
5. Pasien akan diberi bel
tangan dan dapat ditekan untuk memanggil petugas MRI atau mengalami kondisi
yang kurang nyaman
6. Pada umumnya, pemeriksaan
MRI membutuhkan waktu sekitar 40 menit
7. Setelah pemeriksaan MRI
selesai, pasien dapat melakukan aktivitas normal seperti biasa.
v Cara Kerja MRI
1. Pertama, putaran nukleus
atom molekul otot diselarikan dengan menggunakan medan magnet yang berkekuatan
tinggi.
2. Kemudian, denyut/pulsa
frekuensi radio dikenakan pada tingkat menengak kepada garis medan magnet agar
sebagian nuklei hidrogen bertukar arah
3. Selepas itu, frekuensi
radioo akan dimatikan menyebabkan nuklei berganti pada konfigurasi awl. Ketika
ini terjadi, tenaga frekuensi radio dibebaskan yang dapat ditemukan oleh
gegelung yang mengelilingi pasien
4. Sinyal ini dicatat dan
data yang dihasilkan diproses oleh komputer untuk menghasilkan gambar otot
Dengan
ini, ciri-ciri anatomi yang jelas dapat dihasilkan. Pada pengobatan, MRI
digunakan untuk membedakan otot patologi seperti tumor otak dibandingkan otot
normal.
Teknik
ini bergantung kepada ciri tenang nuklei hidrogen yang dirangsang menggunakan
magnet dalam air. Bahan contoh ditunjukkan seketika pada tenaga radio
frekuensi, yang dengan kehadiran medan megnet, membuatkan nuklei dalam keadaan
bertenaga tinggi. Ketika molekul kembali menurun kepada normal, tenaga akan
dibebaskan ke sekitarnya, melalui proses yang dikenal sebagai relaksasi.
Molekul bebas menurun pada ambang normal, tenang lebih pantas. Perbedaan antara
kadar tenang merupakan asas gambar MRI--sebagai contoh, molekul air dalam darah
bebas untuk tenang lebih pantas, dengan itu, tenang pada kadar berbeda
berbanding molekul air dalam otot lain.
MRI
menerapkan getaran RF (Radio Frequency) hidrogen. Getaran tersebut langsung
mengenai tubuh pasien. Getaran tersebut menyebabkan proton yang ada pada tubuh
pasien diserab yang menghasilkan energi untuk membuatnya berputar (spin) dan
precess (pergerakan lambat pada bagian axis) pada arah yang berbeda-beda.
Bagian ini disebut dengan “resonance” atau resonansi. Proton yang menyebabkan
hal itu terjadi apabila terdapat satu atau dua juta proton yang berbeda.
Sehingga menghasilkan frekuensi resonansi yang disebut juga dengan “Larmour
Frequency“. Lalu dihitung berdasarkan sebagian jaringan yang telah diambil dan
berdasarkan kekuatan medan magnet pada bagian yang akan didiagnosa.
Getaran
RF biasanya diterapkan menggunakan coil. Coil ini mempunyai berbagai macam
jenis sesuai dengan digunakan untuk apa MRI tersebut. Misalnya untuk: kaki,
bahu, kepala, persendian, leher dan lainnya. Pada saat yang bersamaan juga
magnet bekerja. Magnet pada MRI mempunyai 3 tipe. yaitu:
• Resistive magnets yang
terdiri atas banyak coil yang membungkus silinder dan dilewatkan dengan arus
listrik. Hal ini menyebabkan terjadinya medan magnet, jika listrik mati, maka
magnet juga tidak aktif. Membutuhkan 50 KW dan menghasilkan 0,3 tesla.
• Permanent magnet
merupakan magnet yang permanen dan ukurannya besar dengan berat yang mencapai
ribuan kilogram (7.711kg - 4.400 kg) dan menghasilkan 0.4 tesla.
• Superconducting magnets
biasanya jarang digunakan. Mirip dengan resistive magnet - dimana coil yang
dialiri listrik ini diselubungi oleh cairan helium yang sangat dingin yaitu
452.4 derajat dibawah nol. Sehingga tabung MRI sangat dingin, namun hal
tersebut dilapisi kembali dengan vacumm flask. Menghasilkan 0.5-tesla sampai
2.0-tesla, dan menghasilkan kualitas image yang sangat baik.
Kemudian hasilnya disebut
dengan “slice” ataupun potongan-potongan. Besarnya hanya beberapa milimeter
saja dan hasilnya sangatlah presisi. Mesin ini akan secara otomatis mengambil
gambar perbagian dari tubuh pasien yang akan didiagnosa.
Saat
getaran RF dimatikan, proton hidrogen menjadi lambat kembali kebentuk awalnya
yang menyebabkan terjadinya pelepasan energi, sehingga kemudian proton tersebut
ditanggap oleh medan magnetik. Setelah itu mengirimkannya ke coil dan kemudian
mengirimkan sinyal tersebut ke komputer. Data yang diperoleh diproses oleh
komputer dengan menggunakan transformasi Fourier.
ü Kelebihan MRI
MRI
menciptakan gambar yang dapat menunjukkan perbedaan sangat jelas dan lebih
snsitif untuk menilai anatomi jaringan lunak dalam tubuh terutama otak, sumsum
tulang belakang dan susunan saraf dibandingkan dengan pemeriksan X-ray biasa.
Selain itu, jaringan lunak dalam susunan muskuloskeletal seperti otot, ligamen,
tendon, tulang rawan, ruang sendi seperti cedera pada lutut dapat dievaluasi
dengan baik menggunakan MRI. Beberapa faktor kelebihan lainnya yang dimiliki
terutama kemampuannya membuat potongan koronal, sagital, aksial, dan oblik
tanpa banyak memanipulasi posisi tubuh pasien sehingga sangat sesuai untuk
diagnostik jaringan lunak. Selain itu, ada beberapa kelebihan MRI dibandingkan
dengan pemeriksaan melalui CT-Scan yakni:
1. MRI lebih unggul untuk
mendetaksi beberapa kelainan pada jaringan lunak seperti otak, sumsum tulang
serta muskuloskeletal
2. Mampu memberi gambaran
detail anatomi dengan lebih jelas
3. Mampu melakukan
pemeriksaan fungsional seperti pemeriksaan difusi, perfusi dan spektroskopi
yang tidak dapat dilakukan dengan CT-Scan
4. Mampu membuat gambaran
potongan melintang, tegak, dan miring tanpa merubah posisi pasien
5. MRI tidak menggunakan
radiasi pengion
ü Artefak pada MRI
dan Upaya Mengatasinya
Artefak
adalah kesalahan yang terjadi pada gambar yang menurut jenisnya dapat terdiri
dari kesalahan geometrik, kesalahan algoritma, dan kesalahan pengukuran
atenuasi. Sedangkan menurut penyebabnya terdiri dari
- Artefak yang disebabkan oleh pergerakan physologi karena gerakan
jantung, gerakan pernafasan, gerakan darah dan cairan cerebrospinal,
gerakan yang terjadi secara tidak periodik seperti gerakan menelan,
berkedip dan lain-lain.
- Artefak yang terjadi karena perubahan kimia dan pengaruh magnet
- Artefak yang terjadi karena letak gambaran tidak pada tempat yang
seharusnya.
- Artefak yang terjadi akibat dari data pada gambaran yang tidak lengkap
- Artefak sistem pennampilan yang terjadi misalnya karena perubahan
bentuk gambaran akibat faktor kesalahan geometri, kebocoran dari tabir
radio frekuensi.
Akibat
adanya artefak-artefak tersebut pada gambaran akan tampak: gambaran kabur,
tidak bersih, bergaris-garis miring dan tidak beraturan.
Upaya
untuk mengatasi timbulnya artefak pada gambar MRI antara lain dilakukan dengan
cara saat pemotretan dibuat secepat mungkin memeriksa keutuhan tabir pelindung
radio frekuensi, menanggalkan benda-benda yang bersifat ferromagnetik bila
memungkinkan dan perlu kerja sama yang baik dengan pasien.
ü Tindakan yang
Perlu Dilakukan Bila Terjadi Kecelakaan
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kecelakaan selama
pemeriksaan MRI. Bila terjadi keadaan gawat pada pasien, segera menghentikan
pemeriksaan dengan menekan tombol ABORT dan pasien segera dikeluarkan dari
pesawar MRI dengan menarik meja pemeriksaan dan segera berikan pertolongan dan
apabila tindakan selanjutnya memerlukan alat medis yang bersifat ferromagnetik
harus dilakukan diluar ruang pemeriksaan.
Seandainya
terjadi kebocoranHelium, yang ditandai dengan bunyi alarm dari sensor oxigen,
tekanlah EMERGENCY SWITCH dan segera membawa pasien ke luar ruang pemeriksaan
serta buka pintu ruang pemeriksaan agar terjadi pertukaran udara karena pada
saat itu ruang kekurangan oksigen,
Apabila
terjadi pemadaman yakni hilangnya sifat medan magnet yang kuat pada gentry
secara tiba-tiba maka tindakan yang perlu dilakukan buka pintu ruangan
lebar-;ebar agar terjadi pertukaran udara dan pasien segera dibawa keluar ruang
pemeriksaan. Hal yang perlu dilakukan karena pemadaman ini menyebabkan terjadinya
penguapan helium sehingga tercemar gas helium.
Selama
pemeriksaan MRI untuk ana kecil atau bayi sebaiknya ada keluarga yang menunggu
didalam ruang pemeriksaan.
ü Aplikasi MRI
MRI
cocok untuk mendiagnosis pengerasan otak atau sumsum tulang belakang (multiple
sclerosis, penyakit saraf yang dikarakterisasi oleh gangguan berbicara, tidak
ada koordinasi otot, lemah, dan gerakan bola mata tak terkendali), tumor-tumor
(dikelenjar pituitari dan otak), infeksi-infeksi (diotak, tulang belakang dan
persendian), radang tendon dan stroke pada tahap paling awal.
Selain
itu dapat “melihat” cairan sendi (pada pergelangan tangan, lutut, dan
pergelangan kaki) maupun luka pada bahu. Massa jaringan lunak tubuh, tumor
tulang dan kista tulang belakang juga mudah dievaluasi dengan MRI. Dan aplikasi
MRI pada penyakit antara lain:
- Kanker pada Payudara
Kanker
adalah pertumbuhan yang tidak normal (tidak terkontrol) yang terkadang
terlihat seperti benjolan. Dalam keadaan normal, sel membelah sesuai dengan
kebutuhan namun pada penderita kanker, sel bermutasi tidak terkontrol dan
mendesak sel-sel sehat. Keganasannya bertambah saat sel membelah setiap
minggunya. Oleh karena itu diperlukan alat yang dapat mendeteksi sedini mungkin
untuk memeriksakannya.
Kanker
payudara sendiri merupakan tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara.
Kanker pada payudara ini dapat tumbuh dalam kelenjar susu, saluran susu,
jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. Sehingga Fungsi MRI pada
kanker payudara sangat penting dalam melengkapi skrining dan diagnostik yang
telah dilakukan dan bukan sebagai penggantinya karena teknik MRI ini dapat
terlihat struktur, bentuk dan komposisinya. Selain itu juga dapat mendeteksi
secara dini sel-sel abnormal pada bagian payudara yang sulit dideteksi oleh
mamografy dan USG sehingga dapat ditangani dengan cepat dan tidak menyebar
ketubuh yang lain seperti yang di katakan oleh Kepala Radiologi dari RS Gading
Pluit DR Tjondro Setiawan, Sp Rad. Guideline baru tersebut juga memberikan
petunjuk lanjutan tentang penggunaan MRI payudara yang merupakan alat relatif
baru. Namun yang perlu diperhatikan yakni harus disuntikkan agen kontras
sebelum dan sesudah dilakukan MRI agar upaya untuk meningkatkan detail gambar
informasi mengenai fungsi jaringan.
“Kebijakan
tentang penggunaan teknologi yang penting namun tergolong mahal harus
didasarkan pada bukti bahwa alat tersebut memberikan keuntungan yang dapat
terukur pada pasien” kata Dr. Benjamin Anderson seorang profesor bedah di
Uiversity of Washington yang menjadikan MRI pilihan utama yang digunakan pada
kondisi tertentu seperti ketika ingin mendapatkan gambaran visual terhadap
dugaan kanker payudara yang dijadikan rekomendari sebelum dilakukan operasi
payudara.
2. Gangguan pada otak
Mri
dapat menggambarkan secara rinci pada bagian otak dan saraf tulang belakang.
Seperti telah diketahui bahwa hampir semua gangguan otak terjadi akibat
perubahan kandungan air. Perbedaan kandungan air ini kurang dari satu persen
cukup untuk mendeteksi perubahan patologi. MRI dilakukan sebelum melakukan
operasi pembedahan misalnya operasi bedah mikro otak dalam menangani penyakit
parkinson dan dalam kasus operasi pengangkatan tumor.
- Sakit punggung bagian bawah
MRImampu
membedakan antara sakit otot dan sakit yang disebabkan tekanan pada saraf atau
urat saraf tulang belakang. Sejak MRI menghasilkan gambar 3D rinci, teknik ini
mampu memberi informasi yang jelas dimana luka terlokalisasi. Informasi ini
sangat berharga sebelum melakukan operasi pembedahan.
4.
Menganalisis autisme melalui MRI
Baru-baru
ini, beberapa peneliti medis dari University of Utah melakukan penelitian MRI
untuk mendiagnosa pada autisme dan menghasilkan hasil yang mengejutkan dimana
alat ini bisa dipergunakan dalam membayangkan struktur internal dan fungsi
kedalaman yang dibatasi dari otak pada penderita autisme (gejala yang
dikonfirmasi sebagian besar untuk anak-anak dibawah umur tiga tahun) melalui
gangguan saraf dan menunjukkan tanda-tanda komunikasi sosial melemah dan
hubungan oleh perilaku dikontrol atau monoton.
Para
peneliti ini menggunakan MRI guna mengenali daerah otak pederita autisme dan
menemukan belahan otak(kiri dan kanan) dari otak yang terkena dampak ‘autis’
(anak-anak pada umumnya) tidak sesuai secara baik satu dengan yang lainnya.
Sehingga apabila sedini mungkin sudah ditemukan adanya kelinan ini, para medis
dapat menata sambungan dari kedua belahan dari ujung yang satu dengan yang lain
pada penderita autis. Setelah melakukan penyambunga ini, peneliti dapat mencoba
membayangkan lebih lanjut tentang perbedaan yang bisa diidentifikasi dengan
memeriksa daerah otak untuk mengetahui lebih banyak bagaimana berkomuniksi
bersama dan mencoba menilai pengaturan mendalam massa putih menghubungkan otak
yang berbeda untuk mengenal lebih dengan autis dan dapat memberikan obat dan
perawatan untuk orang-orang autis dari kelompok umur.
Langganan:
Postingan (Atom)